• Home
  • Fanfictions
    • Naruto
    • Sword Art Online
  • Short Stories
    • Teens
    • Romance
    • Comedy
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Ru'fatiani Blog

Disclaimer    : Reki Kawahara
Author          : Kirei No Yuki
Pair               : Kirigaya K & Asuna Y
Genre            : Slice of Life (?), Romance(?)
Warning        : Typo(s), semi-canon(?), OOC, OOT, dll

Episode Sebelumnya…
Asuna POV : Andai keadaan keluargaku di dunia nyata seperti ini, semua berkumpul dan bercanda bersama serta saling peduli satu sama lain.. Aku pasti akan betah di rumah dan tidak akan masuk ke dunia virtual itu..

Chapter 2

    Di depan sebuah sungai yang tidak jauh dari rumah.
    “Tumben kau datang lebih cepat. Apa yang kau lakukan sendirian disini?” tanya Kirito. Asuna tidak menjawab dan terus melempar kerikil ke sungai.
    “Ada masalah di dunia nyata kah?” lanjutnya. Asuna menghentikan tangannya, matanya mulai berlinang.
    “Menangislah jika kau ingin, selama itu bisa mengurangi bebanmu.” Asuna langsung menunduk dan menangis sekencang-kencangnya.
    “Kau benar-benar menangis?” tanya Kirito sedikit panik.
    “K..kan kau ya…yang me..nyuruhku.” jawab Asuna tersedu-sedu.
    “Baiklah, mengangislah. Aku akan menemanimu disini.” ujar Kirito lalu berbaring di atas rerumputan menempatkan tangan dibelakang kepalanya lalu menutup mata.
    “Kenapa tidak ada yang peduli kepadaku?” keluh Asuna pelan yang masih terdengar Kirito.
    “Kenapa semua selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing?”
    “Sebenarnya untuk apa rumah itu?”
    “Siapa yang bilang tidak ada yang peduli kepadamu?” jawab Kirito.
    “Eh? Aku kira kau tertidur.”
    “Bagaimana aku bisa tertidur, kalua kau terus mengoceh.”
    “Ma..maaf, kau bisa lanjutkan tidurmu. Aku akan diam.”
    Kirito pun beranjak dari tidur lalu duduk kembali di samping Asuna.
    “Mereka pasti peduli kepadamu, hanya cara mereka yang salah.”
    “Kau tau? Di dunia nyata, kakiku sedang terluka karena aku terserempet mobil ketika aku pulang sekolah tadi. Tapi ketika aku sampai di rumah, walaupun aku jalan dengan kaki pincang tak ada satu pun yang melirik ke arahku.”
    “Mungkin mereka memang sedang sibuk.”
    “Setiap hari? Apa itu wajar?”
    “Mungkin ketika aku mati baru mereka peduli, atau bahkan ketika aku mati pun mereka tidak akan menyadarinya.”
    Kirito hanya bisa terdiam.
    “Maafkan aku jadi cerita masalah pribadiku. Dan mungkin jadi membuatmu tidak nyaman.”
    “Tidak apa-apa, ceritalah jika kau ingin. Walaupun aku tidak bisa membantu, aku akan selalu mendengarkan apa yang kau ceritakan.” jawab Kirito sembari tersenyum.
    DEGGGG!
    “Perasaan ini lagi, perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan kenapa sekarang terasa lagi. Tapi kali ini aku benar-benar merasa nyaman ketika melihatnya tersenyum” ujar Asuna dalam hati.
    Keesokkan harinya, di dunia nyata. Ketika Asuna ingin sarapan barulan ibunya melihat keadaan kaki Asuna, akan tetapi responnya tetap tidak membuat Asuna puas. Ibunya hanya menanyakan apakah itu sakit atau tidak dan menyuruh Asuna untuk segera mengobatinya. Yang Asuna ingin, ibunya bertanya kenapa hal itu bisa terjadi, Asuna ingin ibunya sedikit memarahinya karena kecerobohannya atau kecerobohan si pengemudi itu, tapi apa yang ia dapat hanya sedikit perhatian yang bahkan temannya pun bisa memberi lebih. Sedangkan adiknya, sedikitpun tidak berkomentar pada lukanya.
    “Asuna kangen papa” ujar Asuna dalam hati.

***

    Sore hari ketika Asuna baru saja ingin  masuk ke dunia virtual, ada pria yang berkunjung ke rumahnya.
    “Asuna, ada temanmu datang” teriak ibunya.
    “Temanku?” Asuna sedikit heran, karena di sekolah pun dia tidak merasa benar-benar dekat dengan seseorang. Asuna pun turun dengan perlahan karena kakinya yang masih sakit. Ternyata pria itu adalah Kirito.
    “Kirito?”
    “Hai” ujarnya dengan tersenyum. “Dan aku tidak sendiri” diikuti dengan teman-teman virtualnya yang lain. Melihat teman-teman dari dunia virtualnya datang, membuat Asuna terharu dan ingin menangis.
    “Ayo masuk, kita ke kamarku saja” ajak Asuna.
    “Wah, ke kamar Asuna. Papa jangan nakal ya. Hahaha” ejek Klein.
    Mereka pun menuju kamar Asuna, karena kamar Asuna memang luas jadi semuanya pun bisa masuk.
    “Sebentar aku ambilkan sedikit cemilan” ujar Asuna.
    “Tidak usah, kakimu kan sedang sakit. Istirahatlah..” ujar Silica,
    “Setidaknya biarkan aku ambilkan kalian minuman, kalian pasti haus kan?”
    “Eits tidak usah. Kirito tadi bilang mau sekalian ambil hati ibumu” canda Klein.
    “Hah? Kapan? Kenapa aku?”
    “Papa, papa tega melihat mama yang sedang sakit berjalan-jalan terus?” ujar Yui.
    “Ah sial! Baiklah baiklah, aku akan kebawah.”
    Kirito pun menuju lantai bawah, dan mencari dapur. Kirito melihat sekeliling dan suasana rumah Asuna. Dia melihat adik Asuna yang terus bermain game di gadgetnya, dan melihat ibu Asuna yang sibuk menelpon.
    “Mungkin aku langsung ambil saja di dapurnya” ujar Kirito.
    Kirito pun mengambil minuman, dan membawa beberapa cemilan yang iya temukan di kulkas ke kamar Asuna. Melihat langsung keadaan rumah Asuna yang seperti itu, Kirito merasakan apa yang Asuna rasakan saat ia menangis.
    “Nah kirito sudah datang”
    “Cocoklah, hahaha”
    “Kau mengambilnya dari dapur?”
    “Iya, tidak apa-apa kan? Aku tidak sempat minta ijin karena ibumu sepertinya sedang sibuk.
    “Yaaah, ngga jadi ngambil hati ibunya. Hahaha”
    “Diam kau”
    “Iya, tidak apa-apa, terimakasih Kirito-kun” ujar Asuna tersenyum.
    DEGGGG!
    “Perasaaan apa ini? Aku sering melihatnya tersenyum seperti itu, tapi ntah kenapa kali ini berbeda. Senyumnya benar-benar terlihat bahagia” ujar Kirito dalam hati.
    Mereka pun berbincang-bincang hingga malam. Kirito dan Asuna selalu menjadi bahan pertunjukkan(?) mereka atau bisa juga disebut mereka selalu menumbalkan(?) Kirito seolah Asuna yang sakit adalah waktunya menggunakan(?) Kirito. Mereka menyuruh Kirito untuk menyuapi Asuna, awalnya mereka berdua menolak tapi teman-temannye terus memaksa hingga akhirnya Kirito menyuapi Asuna. Terlihat wajah yang memerah dari keduanya, hal tersebut malah semakin membuat teman-temannya terus menggona Kirito dan Asuna. Karena mereka berada di rumah Asuna hingga malam, mereka ikut makan malam di rumah Asuna. Ibu Asuna pun memesan makanan dari luar karena terlalu mendadak tidak akan cukup waktunya untuk memasak pikirnya.
    Ketika makan bersama, suasana hening seketika. Karena ada ibu Asuna disitu dan ada adiknya Asuna yang tidak pernah bicara sedikitpun. Suasana makan tersebut seolah memaksa mereka juga untuk diam selama makan.
    Setelah makan, teman-teman Asuna pun pulang.
    “Kami pulang dulu ya Asuna. Terimakasiih”
    “Hhuuu rasanya aku ingin kalian tinggal disini” ujaar Asuna.
    “Wah, bolehkah? Aku rela kok disuruh tinggal disini” ujar Klein.
    “Diam kau Klein”
    “Uuuu papa marah. Hahaha”
    “Sudah-sudah, berisik terus kalian ini. Kita pulang dulu ya Asuna, ayo kita main lagi nanti” ujar Lisbeth.
    “Kata-kata terakhir buat Asuna dong” ujar Klein sambil menyenggol bahu Kirito.
    “Ish.. Baiklah baiklah.”
    “Ekhm.. Cepat sembuh ya Asuna, jaga kesehatan & banyak istirahat jangan terlalu memaksakan kakimu” ujar Kirito malu-lau lalu mengelus kepala Asuna kemudian tersenyum.
    “Aaaa Yui ngga boleh liat” ujar Silica menutup mata Yui.
    “Terimakasih kalian semua, terimakasih Kirito” ujar Asuna tersenyum.
    “Daaahh.”
    “Daaaaahh, hati-hati”
    Semua teman dunia virtual Asuna pun pulang, suasana rumah kembali hening seperti biasa. Asuna langsung kembali ke kamarnya, kali ini dia akan langsung tidur dan tidak akan masuk ke dunia virtual karena kalau dia masuk dan ketahuan teman-temannya mungkin ia akan dimarahi, kedatangan teman-temannya ke rumahnya benar-benar membuat Asuna bahagia dan membuatnya ingin segera tidur berharap dapat melanjutkan kebahagiannya di mimpinya.

To be continue….
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Disclaimer    : Reki Kawahara
Author          : Kirei No Yuki
Pair               : Kirigaya K & Asuna Y
Genre           : Slice of Life (?)
Warning       : Typo(s), semi-canon(?), OOC, OOT, dll

Prolog
     “Aku pulang” ujar seorang gadis sembari berjalan menuju kamarnya. Saat melewati ruang tengah terlihat adiknya sedang sibuk bermain game dengan gadgetnya, saat melewati dapur terlihat ibunya sibuk mengurus bisnis dengan gadgetnya.

***

    “Link Start!”
    “Hai Asuna!” sapa seorang gadis berambut coklat.
    “Hai Silica!” balasnya dengan senyum.
    “Kau rajin datang akhir-akhir ini.”
    “Hhehe”
    Asuna dan Silica pun pergi berkeliling kota bersama. Sesampainya di kota, ternyata sedang ada keributan ada sekelompok Red Player yang sedang berkelahi dengan seorang Orange Player.
    “Waw dia hebat” ujar Silica. Asuna hanya menganggukkan kepala dan melihat ke arah pria dengan pakaian hitam tersebut.
    WUUSSHHH
    Pedang dari salah seorang pemimpin Red Player tersebut terlempar.
    “Kau tidak apa-apa Asuna? Tapi itu nyaris sekali.”
    Dengan ekspresi masih terkejut, Asuna menggelengkan kepala “Aku tidak apa-apa”.
    Kejadian tersebut membuat keributan berakhir dan sekelompok Red Player meninggalkan kota tersebut. Pria berpakaian hitam itu pun menghampiri Asuna.
    “Kau tidak apa-apa?” tanya pria itu.
    “Aku tidak apa-apa” jawab Asuna.
    “Syukurlah” ujar pria itu tersenyum lalu pergi.
    DEGGGG!
    “Eh? Kenapa?” tanya Asuna dalam hati.
    “Ayo Asuna kita lanjutkan menyelesaikan misi kita.”
    “Iya, ayo Silica”
    Mereka berdua pun pergi melanjutkan misi mereka, hingga waktu malam di dunia nyata pun tiba. Silica offline terlebih dahulu, sedangkan Asuna masih berkeliling di dunia virtual. Tanpa sengaja, Asuna bertemu lagi dengan pria itu. Terlihat pria itu sedang makan sebuah roti dna duduk di bangku taman. Asuna ingin menghampiri pria itu, tapi ntah kenapa kakinya malah melangkah berberbalik.
    “Hei!” teriak suara yang tidak terlalu asing untuk Asuna. Asuna pun menengok kebelakang dan ternyata pria tersebut yang memanggilnya.
    “Kau sudah makan? Kemarilah!”
    Asuna pun menghampiri pria itu.
    “Ambilah, aku tahu rasanya hambar tapi cobalah”
    Asuna mengambil sepotong roti milik pria itu, dan ketika Asuna mengambil pria itu melihat kearahnya dan tersenyum.
    DEGGGG!
    “Lagi-lagi perasaan ini.” ujar Asuna dalam hati dengan wajah yang memerah.
    “Boleh aku menambahkanmu ke list temanku?” ujar pria itu.
    “Boleh”
    “Asuna, salam kenal” ujar pria itu.
    “Jadi namanya Kirito” ujar Asuna dalam hati.

***

    Keesokkan hari dan seterusnya, Asuna online seperti biasa dia bersama Silica di Sword Art Online. Tapi ntah disengaja atau tidak, mereka pasti bertemu Kirito dan akhirnya menjelajah bersama. Mereka semakin akrab dan bahkan menentukan tempat dan jam untuk berkumpul di dunia virtual. Selama melaksanakan misi, mereka bertemu banyak teman baru dan membuat tempat berkumpul mereka semakin ramai dan akhirnya mereka mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah yang nantinya akan menjadi tempat bekumpul mereka yang baru.
    Beberapa hari kemudian rumah baru pun dapat terbeli oleh mereka, rumah dengan dua kamar tidur, sebuah kamar mandi, dapur dan ruang tengah. Dengan pemandangan sungai yang jernih serta padang rumput dan bunga yang luas.
    “Hhuaaaa pemandangan disini baguus” ujar Silica.
    “Lihat? Baguskan pilihanku?” ujar Asuna.
    “Iya aku mengalah, setidaknya uang yang aku habiskan tidak sia-sia.” ujar Kirito.
    “Ada yang kurang.” ujar Yui, satu-satunya player dengan bentuk peri kecil.
    “Apa?” tanya Lisbeth.
    “Papa dan mama” jawab Yui. Serentak semua pandangan melihat ke arah Kirito dan Asuna.
    “Oke deal, yang nyari uang Kirito yang masak Asuna. Hhahaha” ujar Klein.
    “Tidak mau!” ujar Kirito dan Asuna serentak.
    Mendengar jawaban dari calon mama dan papanya mata Yui mulai dibanjiri air mata.
    “Baiklah demi Yui.” ujar Asuna.
    Yui mulai tersenyum lalu melihat ke arah Kirito.
    “Baiklah baiklah, tapi kau harus janji jangan pasang wajah itu lagi di depanku”
    “Yeaaay!” Yui dan yang lainnya serentak berteriak.
    Mulai sejak saat hari itu, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul di dunia virtual. Menghabisnya waktu bersama untuk sekedar mengobrol dan bercanda, melupakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata.
    Berapa hari kemudian, Lisbeth yang merupakan teman Sachi di dunia nyata mengatakan Sachi sakit dan harus dirawat sehingga membuat tidak tidak bisa ikut berkumpul dalam beberapa hari. Orang-orang yang di dunia nyata rumahnya tidak jauh dari tempat Sachi di rawat pergi menjenguk Sachi di dunia nyata termasuk Asuna.
    “Kirito tidak datang?” tanya Silica.
    “Rumah dia tidak dekat sini” jawab Asuna.
    “Ciiee mama tahu aja” ejek Silica. Asuna mengabaikan ucapan Silica.
    Asuna, Silica, Klein dan Lisbeth pun masuk bersama ke ruangan Sachi dirawat.
    “Sachiii.. Bagaimana keadanmu sekarang?” tanya Silica.
    “Sudah lebih baik, terimakasih kalian sudah mau repot-repot menjengukku” ujar Sachi.
    “Tapi ngomong-ngomong ini pertama kali kita bertemu di dunia nyata ya, penampilan dari kita tidak terlalu jauh berbeda jadi aku langsung mengenali kalian saat masuk rumah sakit tadi.” ujar Lisbeth.
    “Dan aku yang paling tampan. Hhahaha” ujar Klein.
    “Iyalah, kamu cowo satu-satunya disini” sanggah Silica.
    Mereka pun mengobrol dan sedikit menceritakan kehidupan mereka masing-masing ketika di dunia nyata.
    Asuna POV : Andai keadaan keluargaku di dunia nyata seperti ini, semua berkumpul dan bercanda bersama serta saling peduli satu sama lain.. Aku pasti akan betah di rumah dan tidak akan masuk ke dunia virtual itu..

~ To be continue ~
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Lagi-Lagi
Disclaimer    : Masashi Kishimoto
Author          : Kirei No Yuki
Pair               : Sakura. H & Gaara (?)
Genre            : Hurt/Romance
Warning        : OOC, Typo(s), gaje, romancenya & hurtnya ngga dapet(?), dll.
                       DON’T LIKE DON’T READ

Chapter Sebelumnya..
“Aku mau jadi pacar kamu, Gaara-kun.”
    “Sudah aku duga, arigato sakura-chan.” ujar Gaara dengan senyum dibalik telepon dan hati yang berpesta pora(?).
    “Eh? Kamu sudah menduganya?”
    “Yaps, ngga mungkin kamu bisa menolakku. Hhaha.” ejek Gaara.
    Merekapun terus berbincang lewat telepon hingga larut malam, terlihat wajah bahagia yang menghiasi mereka berdua. Meskipun masih ada keganjalan di hati Gaara. Dan masih ada trauma di hati Sakura.

Chapter 4
    Gaara dan Sakura datang bersama ke sekolah, terlihat wajah bahagia pada keduanya. Sakura benar-benar dapat merubah sifat Garaa. Garaa yang dulunya hanya datang dan diam sekarang mulai aktif di kelas. Tidak lama setelah itu mereka akhirnya dapat berbaur dengan teman-teman sekelasnya.
    “Kok kamu bisa jadi sama Gaara?” Tanya salah seorang anak perempuan yang mulai menjadi teman baru Sakura.
    “Ntahlah” jawab Sakura dengan tersenyum dan melihat ke arah Gaara.
    Waktu terus berlalu hubungan mereka semakin dekat, Sakura mulai percaya bahwa tidak semua pria sama seperti Itachi setidaknya Gaara tidak seperti itu pikirnya.
    “Ayo pulang” ajak Gaara pada Sakura dan dijawab dengan anggukkan oleh Sakura.
    Saat berjalan menuju parkiran, mereka bertemu dengan gadis berambut coklat yang sempat bertabrakan dengan Sakura waktu itu.
    “Matsuri..” lirih Gaara.
    “Aku penasaran” ujar Sakura.
    “Hah? Sudah ayo kita pulang” menarik tangan Sakura dan berjalan lebih cepat tapi Sakura menahannya. Gaara pun berbalik memposisikan wajahnya tepat dihadapan Sakura dan meletakkan tangannya di kepala Sakura lalu berkata “Aku akan menceritakannya tapi tidak sekarang, ayo pulang”. Sakura pun akhirnya menuruti apa kata Gaara.
    Gaara membawa Sakura pergi ke suatu taman terlebih dahulu sebelum mereka pulang.
    “Kenapa? Ini bukan jalan ke rumahku?” tanya Sakura heran.
    “Aku tidak ingin membuat gadisku penasaran lebih lama lagi, aku ingin dia percara padaku” mendengar kalimat tersebut Sakura terdiam.
    Sesampainya di taman, Gaara mulai menceritakan masa lalunya, masa lalunya bersama Matsuri. Matsuri adalah cinta pertama Gaara, mereka sempat berpacaran namun tidak lama karena orang tua Matsuri tidak menyetujui hubungan mereka. Sayangnya yang mengetahui hal tersebut hanya Gaara, Gaara sempat berbincang dengan orang tua Matsuri dan orang tuanya menyuruhnya untuk menjauhi Matsuri dengan alasan demi kebaikan Matsuri. Gaara yang saat itu tidak bisa membantah akhirnya menurut dan memutuskan Matsuri.
    “Kamu masih mencintainya?” tanya Sakura.
    “Tentu saja tidak, aku hanya mencintaimu Sakura.”
    “Aku tidak suka pembohong” ketus Sakura. Gaara hanya terdiam.
    “Tidak apa-apa kalau kamu masih mencintainya, yang jelas saat ini kamu milikku. Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta kepadaku. Hhaha” canda Sakura.
    “O iya, karena kamu sudah menceritakannya. Aku juga akan menceritakan masa laluku. Mau mendengarnya?” lanjut Sakura. Gaara hanya menatapnya dan mengangguk.
    Sakura pun mulai menceritakan tentang Itachi yang menjadi penyebab kepindahannya. Itachi adalah mantan kekasih Sakura, Sakura sangat menyayanginya karena pada awalnya Itachi selalu ada untuk Sakura seolah dapat menggantikan posisi ayahnya Sakura yang sudah tiada. Hanya saja dibalik kebaikannya diam-diam ternyata Itachi memiliki wanita lain. Sakura yang saat itu benar-benar percaya pada Itachi bernar-benar terpukul saat mengetahui hal itu. Ibu Sakura tidak mengetahui hal tersebut, alasan yang dibuat Sakura untuk pindah adalah agar tidak selalu teringat pada ayahnya.
    “Aku tidak akan melakukan hal itu padamu” ujar Gaara memluk Sakura. Sakura pun menganggukan kepalanya dan berkata “ Aku percaya padamu Gaara-kun”
    Langit pun mulai gelap, Gaara mengantar Sakura ke rumahnya. Sesampainya di rumah Sakura, mereka mengucapkan kata-kata perpisahan seperti biasanya.
    Esok hari pun tiba. Tiba-tiba Matsuri datang ke kelas untuk menemui Gaara. Sebelum Gaara menemuinya Gaara meliat ke arah Sakura seolah bertanya “apakah aku harus menghampirinya?” Sakura yang sadar hal tersebut mengangguk. Gaara pun pergi menghampiri Matsuri.
    “Matsuri sudah tau” ujar Matsuri tiba-tiba.
    “Apa maksudmu?”
    “Matsuri sudah tau kenapa Gaara pergi dan memutuskan hubungan dengan Matsuri, gara-gara orang tua Matsuri kan? Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku? Kenapa kamu membiarkan aku membencimu? Kenapa?!” ujarnya dengan mata yang mulai basah.
    “Ayo kita cari tempat lain” Gaara menarik tangan Matsuri dan membawanya ke atap sekolah.
    “Kamu tau? Rasanya aku ketika harus membanci orang yang sangat kita sayang? Bahkan sampai sekarang aku belum menemukan penggantimu”
    “Maafkan aku Matsuri”
    “Kembalilah padaku Gaara-kun, aku akan mengurus orang tuaku. Lihatlah bahkan sampai saat ini aku masih mengharapkanmu kembali, aku masih mencintaimu Gaara-kun. Aku mohon kembalilah” Matsuri memeluk Gaara.
    “Aku juga masih mencintaimu Matsuri, ta…”
    “Aww” terdengar suara dari balik pintu.
    “Sakura!” Mendengar hal tersebut, Gaara melepaskan pelukan Matsuri dan berlari kea rah suara itu muncul.
    “Ah sial, kenapa harus ada paku di situ” keluh Sakura lalu berlari agar tidak bertemu Gaara.
    “Sesak, kenapa sangat sesak? Padahal aku sudah tau, tapi kenapa?” ujar Sakura dalam hati. Karena tidak sanggup lagi berlari, Sakura pun akhirnya mencari tempat untuk bersembunyi.
    “Lagi – lagi aku merasakan sesak seperti ini, kenapa Gaara-kun? Kenapa disaat aku sudah percaya padamu?” ujar Sakura dengan air mata yang mulai menetes.
    “Sakura?! Akhirnya aku menemukanmu” ujar Gaara terengah-engah.
    “Gaara-kun?” ujar Sakura sembari tersenyum.
    “Kamu masih bisa tersenyum dengan luka ditanganmu? Ayo ke UKS!” Gaara pun menggendong Sakura.
    “Sangat sakit kah?” tanya Gaara. Sakura menganggukan kepalanya, dan berkata “ya sakit sekali”. Karena tidak bisa menahannya lagi, Sakura pun membiarkan tangisannya keluarnya.
    “Maafkan aku Sakura.” lirih Gaara.
    Sesampai di UKS, Gaara mengobati tangan Sakura.
    “Sudah tidak sakit kok, pergilah padanya.” ujar Sakura.
    “Kamu bicara apa sih?”
    Tiba-tiba Matsuri datang ke UKS.
    “Nah kebetulan, maafkan aku Matsuri. Aku memang mencintaimu, tapi aku lebih mencintai gadis bodoh ini yang menguping dan berlari sebelum pembicaraan kita berakhir.” ujar Gaara menatap Sakura.
    “Eh?” Sakura terkejut.
    “Jadi gadis ini ya..” ujar Mastsuri.
    “Ma..maafkan aku Matsuri” ujar Sakura.
    “Kenapa kamu minta maaf? Aku yang memilihmu jadi bukan salahmu.”
    Matsuri pun tersenyum sembari menahan rasa sakitnya. “Baiklah, kakak beruntung. Jaga Gaara-kun ya”, Matsuri pun meninggalkan UKS.
    “Siapa yang kau sebut gadis bodoh?”
    “Aku bilang itu tadi?”
    “Errr.. Lagi pula aku tidak akan berlari kalau kau tidak meneriakan namaku”
    “Siapa yang tidak akan khawatir kalau orang yang dicintainya kesakitan?”
    “Aku tidak akan membiarkanmu berkata ‘lagi-lagi’” lanjut Gaara.
    “Eh? Dia bisa membaca apa yang aku pikirkan?” ujar sakura dalam hati.
    “Ya” ujar Gaara. Serentak Sakura langsung menutup mulutnya dan Gaara pun tertawa kecil.
    “Huaaa bohong!” ketus Sakura.
    “Aku sangat mencintaimu Sakura” ujar Gaara tersenyum.
    “Aku juga sangat mencintaimu Gaara-kun” jawab Sakura dengan wajah memerah.

~ TAMAT ~
Maafkan kalau gaje karena sudah dipending terlalu lama, endingnya pun jauh dari yang direncanakan di awal :’
.
.
.
Review?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Us

  • deviantart
  • instagram
  • twitter
  • wattpad

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • November 2017 (1)
  • June 2017 (1)
  • May 2017 (1)
  • November 2016 (1)
  • September 2016 (1)
  • August 2016 (3)
  • June 2015 (1)
  • November 2014 (1)
  • August 2014 (4)
  • May 2013 (3)
  • March 2013 (2)
  • January 2013 (1)
  • November 2012 (2)
  • September 2012 (1)
  • August 2012 (4)
  • November 2011 (1)

Pengunjung

I am in Google+

Unknown
View my complete profile

Followers

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates