Waktu [Chapter 2]

by - August 28, 2016

Disclaimer    : Reki Kawahara
Author          : Kirei No Yuki
Pair               : Kirigaya K & Asuna Y
Genre            : Slice of Life (?), Romance(?)
Warning        : Typo(s), semi-canon(?), OOC, OOT, dll

Episode Sebelumnya…
Asuna POV : Andai keadaan keluargaku di dunia nyata seperti ini, semua berkumpul dan bercanda bersama serta saling peduli satu sama lain.. Aku pasti akan betah di rumah dan tidak akan masuk ke dunia virtual itu..

Chapter 2

    Di depan sebuah sungai yang tidak jauh dari rumah.
    “Tumben kau datang lebih cepat. Apa yang kau lakukan sendirian disini?” tanya Kirito. Asuna tidak menjawab dan terus melempar kerikil ke sungai.
    “Ada masalah di dunia nyata kah?” lanjutnya. Asuna menghentikan tangannya, matanya mulai berlinang.
    “Menangislah jika kau ingin, selama itu bisa mengurangi bebanmu.” Asuna langsung menunduk dan menangis sekencang-kencangnya.
    “Kau benar-benar menangis?” tanya Kirito sedikit panik.
    “K..kan kau ya…yang me..nyuruhku.” jawab Asuna tersedu-sedu.
    “Baiklah, mengangislah. Aku akan menemanimu disini.” ujar Kirito lalu berbaring di atas rerumputan menempatkan tangan dibelakang kepalanya lalu menutup mata.
    “Kenapa tidak ada yang peduli kepadaku?” keluh Asuna pelan yang masih terdengar Kirito.
    “Kenapa semua selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing?”
    “Sebenarnya untuk apa rumah itu?”
    “Siapa yang bilang tidak ada yang peduli kepadamu?” jawab Kirito.
    “Eh? Aku kira kau tertidur.”
    “Bagaimana aku bisa tertidur, kalua kau terus mengoceh.”
    “Ma..maaf, kau bisa lanjutkan tidurmu. Aku akan diam.”
    Kirito pun beranjak dari tidur lalu duduk kembali di samping Asuna.
    “Mereka pasti peduli kepadamu, hanya cara mereka yang salah.”
    “Kau tau? Di dunia nyata, kakiku sedang terluka karena aku terserempet mobil ketika aku pulang sekolah tadi. Tapi ketika aku sampai di rumah, walaupun aku jalan dengan kaki pincang tak ada satu pun yang melirik ke arahku.”
    “Mungkin mereka memang sedang sibuk.”
    “Setiap hari? Apa itu wajar?”
    “Mungkin ketika aku mati baru mereka peduli, atau bahkan ketika aku mati pun mereka tidak akan menyadarinya.”
    Kirito hanya bisa terdiam.
    “Maafkan aku jadi cerita masalah pribadiku. Dan mungkin jadi membuatmu tidak nyaman.”
    “Tidak apa-apa, ceritalah jika kau ingin. Walaupun aku tidak bisa membantu, aku akan selalu mendengarkan apa yang kau ceritakan.” jawab Kirito sembari tersenyum.
    DEGGGG!
    “Perasaan ini lagi, perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan kenapa sekarang terasa lagi. Tapi kali ini aku benar-benar merasa nyaman ketika melihatnya tersenyum” ujar Asuna dalam hati.
    Keesokkan harinya, di dunia nyata. Ketika Asuna ingin sarapan barulan ibunya melihat keadaan kaki Asuna, akan tetapi responnya tetap tidak membuat Asuna puas. Ibunya hanya menanyakan apakah itu sakit atau tidak dan menyuruh Asuna untuk segera mengobatinya. Yang Asuna ingin, ibunya bertanya kenapa hal itu bisa terjadi, Asuna ingin ibunya sedikit memarahinya karena kecerobohannya atau kecerobohan si pengemudi itu, tapi apa yang ia dapat hanya sedikit perhatian yang bahkan temannya pun bisa memberi lebih. Sedangkan adiknya, sedikitpun tidak berkomentar pada lukanya.
    “Asuna kangen papa” ujar Asuna dalam hati.

***

    Sore hari ketika Asuna baru saja ingin  masuk ke dunia virtual, ada pria yang berkunjung ke rumahnya.
    “Asuna, ada temanmu datang” teriak ibunya.
    “Temanku?” Asuna sedikit heran, karena di sekolah pun dia tidak merasa benar-benar dekat dengan seseorang. Asuna pun turun dengan perlahan karena kakinya yang masih sakit. Ternyata pria itu adalah Kirito.
    “Kirito?”
    “Hai” ujarnya dengan tersenyum. “Dan aku tidak sendiri” diikuti dengan teman-teman virtualnya yang lain. Melihat teman-teman dari dunia virtualnya datang, membuat Asuna terharu dan ingin menangis.
    “Ayo masuk, kita ke kamarku saja” ajak Asuna.
    “Wah, ke kamar Asuna. Papa jangan nakal ya. Hahaha” ejek Klein.
    Mereka pun menuju kamar Asuna, karena kamar Asuna memang luas jadi semuanya pun bisa masuk.
    “Sebentar aku ambilkan sedikit cemilan” ujar Asuna.
    “Tidak usah, kakimu kan sedang sakit. Istirahatlah..” ujar Silica,
    “Setidaknya biarkan aku ambilkan kalian minuman, kalian pasti haus kan?”
    “Eits tidak usah. Kirito tadi bilang mau sekalian ambil hati ibumu” canda Klein.
    “Hah? Kapan? Kenapa aku?”
    “Papa, papa tega melihat mama yang sedang sakit berjalan-jalan terus?” ujar Yui.
    “Ah sial! Baiklah baiklah, aku akan kebawah.”
    Kirito pun menuju lantai bawah, dan mencari dapur. Kirito melihat sekeliling dan suasana rumah Asuna. Dia melihat adik Asuna yang terus bermain game di gadgetnya, dan melihat ibu Asuna yang sibuk menelpon.
    “Mungkin aku langsung ambil saja di dapurnya” ujar Kirito.
    Kirito pun mengambil minuman, dan membawa beberapa cemilan yang iya temukan di kulkas ke kamar Asuna. Melihat langsung keadaan rumah Asuna yang seperti itu, Kirito merasakan apa yang Asuna rasakan saat ia menangis.
    “Nah kirito sudah datang”
    “Cocoklah, hahaha”
    “Kau mengambilnya dari dapur?”
    “Iya, tidak apa-apa kan? Aku tidak sempat minta ijin karena ibumu sepertinya sedang sibuk.
    “Yaaah, ngga jadi ngambil hati ibunya. Hahaha”
    “Diam kau”
    “Iya, tidak apa-apa, terimakasih Kirito-kun” ujar Asuna tersenyum.
    DEGGGG!
    “Perasaaan apa ini? Aku sering melihatnya tersenyum seperti itu, tapi ntah kenapa kali ini berbeda. Senyumnya benar-benar terlihat bahagia” ujar Kirito dalam hati.
    Mereka pun berbincang-bincang hingga malam. Kirito dan Asuna selalu menjadi bahan pertunjukkan(?) mereka atau bisa juga disebut mereka selalu menumbalkan(?) Kirito seolah Asuna yang sakit adalah waktunya menggunakan(?) Kirito. Mereka menyuruh Kirito untuk menyuapi Asuna, awalnya mereka berdua menolak tapi teman-temannye terus memaksa hingga akhirnya Kirito menyuapi Asuna. Terlihat wajah yang memerah dari keduanya, hal tersebut malah semakin membuat teman-temannya terus menggona Kirito dan Asuna. Karena mereka berada di rumah Asuna hingga malam, mereka ikut makan malam di rumah Asuna. Ibu Asuna pun memesan makanan dari luar karena terlalu mendadak tidak akan cukup waktunya untuk memasak pikirnya.
    Ketika makan bersama, suasana hening seketika. Karena ada ibu Asuna disitu dan ada adiknya Asuna yang tidak pernah bicara sedikitpun. Suasana makan tersebut seolah memaksa mereka juga untuk diam selama makan.
    Setelah makan, teman-teman Asuna pun pulang.
    “Kami pulang dulu ya Asuna. Terimakasiih”
    “Hhuuu rasanya aku ingin kalian tinggal disini” ujaar Asuna.
    “Wah, bolehkah? Aku rela kok disuruh tinggal disini” ujar Klein.
    “Diam kau Klein”
    “Uuuu papa marah. Hahaha”
    “Sudah-sudah, berisik terus kalian ini. Kita pulang dulu ya Asuna, ayo kita main lagi nanti” ujar Lisbeth.
    “Kata-kata terakhir buat Asuna dong” ujar Klein sambil menyenggol bahu Kirito.
    “Ish.. Baiklah baiklah.”
    “Ekhm.. Cepat sembuh ya Asuna, jaga kesehatan & banyak istirahat jangan terlalu memaksakan kakimu” ujar Kirito malu-lau lalu mengelus kepala Asuna kemudian tersenyum.
    “Aaaa Yui ngga boleh liat” ujar Silica menutup mata Yui.
    “Terimakasih kalian semua, terimakasih Kirito” ujar Asuna tersenyum.
    “Daaahh.”
    “Daaaaahh, hati-hati”
    Semua teman dunia virtual Asuna pun pulang, suasana rumah kembali hening seperti biasa. Asuna langsung kembali ke kamarnya, kali ini dia akan langsung tidur dan tidak akan masuk ke dunia virtual karena kalau dia masuk dan ketahuan teman-temannya mungkin ia akan dimarahi, kedatangan teman-temannya ke rumahnya benar-benar membuat Asuna bahagia dan membuatnya ingin segera tidur berharap dapat melanjutkan kebahagiannya di mimpinya.

To be continue….

You May Also Like

0 comments