Waktu [Chapter 3 - END]

by - September 10, 2016

Chapter 3

Disclaimer    : Reki Kawahara
Author          : Kirei No Yuki
Pair               : Kirigaya K & Asuna Y
Genre            : Slice of Life (?), Romance(?)
Warning        : Typo(s), semi-canon(?), OOC, OOT, dll

    “Happy birthday, Asuna” ujar Asuna di depan cermin sembari tersenyum.
    Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada satu pun keluarganya yang memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Karena sudah mulai terbiasa, Asuna mengabaikan hal itu dan pergi ke sekolah seperti biasa.
    Sesampai di sekolah, ada selembar kertas yang ada di meja Asuna.



  “Ada yang tahu ulang tahunku” ujar Asuna dalam hati.
    Asuna pun melihat ke laci mejanya dan benar ada sebuah kado disana, Asuna benar-benar terharu karena biasanya teman-teman sekelasnya bahkan teman sebangkunya pun tidak ada yang mengingat hari ulang tahunnya.
    Asuna membukan hadiah yang diberikan oleh orang misterius itu, dan di dalamnnya terdapat sebuah kotak mp3(?) beserta headset dan sebuah kertas lagi.



    “Siapun kau, terimakasiih” ujar Asuna pada selembar kertas dan hadiah itu sembari tersnyum.
    Selang beberapa bangku dari tempat duduk Asuna, seorang pria tersenyum.
    “Syukurlah, kau menyukainya”

***

    “Happy birthday Asuna!!” ujar semua teman-teman dari dunia virtualnya dengan kue ulang tahun yang sudah tersedia di meja beserta ebebrapa hiasan ulang tahun yang dipasang di dinding rumah. Melihat semua itu, membuat Asuna terharu dan menangis.
    “Heee? Kenapa kau malah menangis? Padahal kami belum mengerjaimu”
    “Aaaaa, aku sayang kalian.” ujar Asuna tersedu-sedu. Semuanya berdiri dan memeluk Asuna (kecuali 2 karakter cowo yang ada disitu).
    “Kami juga menyayangimu Asuna”
    “Bolehkan aku ikut?” tanya Klein.
    “Kemari kau!” ujar Kirito menarik Klein.
    “Ampun Kirito, aku hanya bercanda.”
    Asuna hanya tertawa melihat Klein yang diseret Kirito. Terlihat senyum bahagia diwajah semuanya terutama Asuna.
    “Ayo tiup lilinnya, mama” ujar Yui.
    “Iya, ayo tiup lilinnya dan ucapkan doamu”
    Asuna mulai menutup matanya, dan berdoa dalam hati. Ketika Asuna menutup matanya, satu per satu temannya menghilang. Teman yang lain sempat terkejut tapi semua hilang satu per satu sdengan range waktu yang cepat.
    Ketika Asuna membuka matanya, dia heran kemana semua teman-temannya. Mungkinn mereka sembunyi pikirnya. Asuna pun mencari ke setiap sudut ruangan tapi tidak menemukan mereka, tiba-tiba pandangan Asuna buram dan terasa sakit pada tubuhnya. Ketika iya melihat dirinya, tubuhnya mulai memudar dan hilang.

***

    Di dunia nyata.
    Kirito membuka mata.
    “Akhirnya kau sadar, aku takut kau tidak akan sadar karena aku mematikan alat itu secara paksa.” ujar seorang pria yang lebih tua dari Kirito.
    “Kenapa kita semua disini kak?”
    “Tadi terjadi gempa yang pusatnya di Tokyo”
    “Gempa? Tokyo?” Kirito langsung berdiri, matanya mencari jalan keluar.
    “Ada apa?”
    “Aku harus pergi” Setelah matanya menemukan sebuah jalan keluar, dia segera berlari.
    “Hati-hati, masih ada kemungkinan gempa susulan dan jangan ke Tokyo!” teriak kakaknya.
    Kirito terus berlari mengabaikan teriakan kakaknya, dan mencari jalan menuju stasiun.
    Sesampainya di stasiun.
    Mohon maaf untuk saat ini kereta kami tidak bisa melakukan perjalanan ke Tokyo, dikarenakan ada jalur yang rusak.
    “Ah sial” Kirito berlari menuju halte bis.

    Kirito POV: Asuna berada di Tokyo, tapi ketika aku off Asuna masih disana. Kenapa? Apa tidak ada yang menyadarkanya? Aku mohon bertahanlah Asuna.

    Untungnya bis masih bisa pergi ke Tokyo walau pun dengan arah yang berbeda dari biasanya, Kirito yang pernah ke rumah Asuna mengetahui bahwa bi situ tetap melewati halte yang dekatt dengan rumah Asuna.

    “Kau tidak apa-apa?”
    “Aku tidak apa-apa”
    “Syukurlah”
  
    “Kau sudah makan? Kemarilah!”
    “Ambilah, aku tahu rasanya hambar tapi cobalah

    “Hhuaaaa pemandangan disini baguus”
    “Lihat? Baguskan pilihanku?”
    “Iya aku mengalah, setidaknya uang yang aku habiskan tidak sia-sia.”


    Bis yang dinaiki Kirito ternyata tidak bisa sampai tepat di halte yang dekan dengan rumah Asuna, Kirito terpaksa turun dan berlari dari situ karena tidak ada kendaraan umum yang menuju ke arah rumah Asuna.  

    “Kau benar-benar menangis?”
    “K..kan kau ya…yang me..nyuruhku.”
    “Baiklah, mengangislah. Aku akan menemanimu disini.”
  
    “Ekhm.. Cepat sembuh ya Asuna, jaga kesehatan & banyak istirahat jangan terlalu memaksakan kakimu”
    “Aaaa Yui ngga boleh liat”
    “Terimakasih kalian semua, terimakasih Kirito”

  
    Sesampainya di daerah rumah Asuna, Kirito langsung mencari sosok Asuna atau sosok keluarga Asuna.
    “Asunaa!” teriak Kirito.
    Kirito melihat ibu Asuna, Kirito langsung lari menuju ke tempat ibu Asuna. Ketika Kirito mulai dekat dengan lokasi ibu Asuna, ia melihat ibu Asuna sedang menangis. Dan ia hanya melihat ibu dan adiknya yang berada di sana. Mendadak kaki Kirito lemas untuk berlari lagi.

    “Aaaaa, aku sayang kalian.”
    “Kami juga menyayangimu Asuna”

    “Kau masih disini bukan?” tanya Kirito dalam hati.
    Kirito menekuk lututnya, harapan Asuna masih ada tiba-tiba menghilang.
    “Bu, lihat itu teman kak Asuna” ujar adik Asuna.
    Ibu Asuna melihat ke arah Kirito dan menghampiri Kirito.
    “Asunaa..” ujarnya tersedu-sedu.
    “Kak, ayo bawa kak Asuna kesini. Daritadi kak Asuna ngga keluar dari rumah” ujar adik Asuna menarik tangan Kirito.
    Tanpa berpikir panjang, Kirito berlari ke arah rumah Asuna. Para petugas yang melarangnya masuk tidak dihiraukannya.

    Kirito POV: Kau masih bertahan bukan? Maafkan aku sempat putus asa dan berpikir bahwa kau sudah tidak ada. Bertahanlah aku akan menyelamatkanmu.

    Ketika iya berusaha mengangkat batuan yang menghalangi jalannya, petugas yang membawa korban seorang gadis melewatinya. Kirito menghentikan tangannya dan menuju ke arah petugas itu.
    “Asuna.. Asuna.. Kau masih bisa mendengarku bukan?”
    “Maaf, gadis ini…” ujar petugas.
    “Dia masih bisa selamat jika kita membawanya ke rumah sakit bukan?”
    Petugas yang membawa Asuna hanya menggelengkan kepala. Melihat respon petugas tersebut, Kirito hanya bisa terdiam.

Flashback on
    “Anak-anak, ayo keluar! Alarm gempa sudah berbunyi” ujar ibu Asuna.
    Yang keluar rumah hanya Ibu dan adik Asuna.
    “Bu?” ujar adik Asuna.
    “Sebentar ya”
    “Tapi bu, kak Asuna..”
    Ibu Asuna pergi meninggalkan adiknya dan mengangkat telpon, adik Asuna berusaha mencari petugas tapi dia tidak menemukannya dan akhirnya berbicara pada semua yang dilewatinya “Kak Asuna masih dirumah” berharap ada yang mau membantunya tapi hasilnya nihil.
    Ibu Asuna pun kembali, dan melihat ada seorang anak yang memakai seragam sekolah Asuna.
    “Asuna sudah di rumah?”
    “Iya, kakak di rumah dia di kamar. Aku sudah memanggilnya tapi dia tidak merespon dan kamarnya di kunci.”
    Ibu Asuna pun panik, dan mencari petugas. Tapi beberapa menit kemudia, gempa yang hebat pun terjadi.
    “Asunaaa!” teriak ibunya sembari menangis.
Flashback off

    Di pemakaman Asuna. Teman-teman dari dunia virtualnya datang, Kirito menghampiri ibu Asuna yang sedang menangis di depan makan Asuna. Sedangkan yang lainnya menghampiri adik Asuna yang sedang menangis di sebuah bangku yang tidak jauh darisana.
    “Tahukah Anda kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya, apakah Anda mengucapkan selamat padanya pagi ini?” ujar Kirito. Ibu Asuna hanya menangis dan menggelengkan kepala.
    “Pernah kah Anda menhabiskan waktu dengan keluarga Anda?”
    “Waktu itu sangat berharga bukan? Karena kita tidak tahu kapan seseorang yang berharga untuk kita akan pergi”
    “Ma…afkan i…bu Asuna”
    Asuna wish: Aku harap semuanya akan tetap seperti sekarang, bahkan untuk tahun berikutnya dan berikutnya lagi. Dan aku harap suatu saat ibu dan adikku yang akan merayakannya.

***

Epilog
    Keesokkan harinya di dunia virtual.
    “Kamu menyukai Asuna bukan” tanya Silica. Kirito hanya terdiam.
    “Tahu kah kau? Asuna menunggu pengakuanmu, dia menyukaimu tapi dia ingin kau yang mengatakan hal itu duluan”
    “Aku ingin mengatakannya, tepat di hari ulang tahunnya setelah ia membuka matanya, tapi…”
    “Lihatlah siapa yang memberi nasihat masalah waktu dan siapa yang menyia-nyiakan waktu?”
    Kirito pun offline dan pergi ke makam Asuna.
    “Aku mencintaimu Asuna, kau masih disini dan bisa mendengarnya bukan? Maaf karena membuatmu menunggu. Aku juga membawa hadiah ulang tahun yang tidak sempat aku berikan padamu. Aku tahu kau tidak akan bisa memakainya sekarang tapi ini adalah milikmu.”
    Kirito menyimpan sebuah kado kecil disamping makam Asuna dan menguburnya.

    Terimakasih Kirito, aku juga sangat mencintaimu. Tahun ini adalah tahun terbaikku, waktu yang kalian berikan untukku benar-benar tidak akan aku lupakan walaupun aku tidak bisa lagi bersama kalian. Kenangan yang kalian berikan benar-benar kenangan yang sangaaat berharga untukku. Tetaplah tersenyum seperti saat aku pertama dan terakhir kali bertemu kalian, dan untukmu Kirito aku yakin diluar sana ada gadis yang akan lebih mencintaimu.
.
.
End

You May Also Like

0 comments