Simbol Lebih Kecil dan Angka Tiga
Pernahkah kalian merasakan bahagia hanya dengan melihat senyum seseorang?
Pernahkah kalian ikut bersedih ketika sesuatu yang buruk terjadi padanya?
Pernahkah kalian merasa deg-degan saat ia ada didekat kalian?
Saat ini aku sedang merasakan hal itu, ntah kenapa tiba-tiba aku bisa merasakannya padahal aku sudah lama mengenalnya tapi rasa ini baru muncul dan malah membuatku canggung untuk mendekatinya.
Namaku Rika, aku bersekolah di SMAN 333 Jakarta. Aku memiliki dua orang sahabat yang bernama Anisa dan Putri. Mereka berdua adalah orang-orang paling dekat denganku dan paling mengerti aku. Aku menyayangi mereka, dan mungkin lebih menyayangi mereka daripada pria itu.
***
“Ka, dia sakit tuh” ujar seorang gadis yang duduk disebelahnya.“Iya, aku ingin menjenguknya tapi dia saja mungkin tidak mengenalku”
“Kita ikut teman-teman sekelasnya saja”
“Ah tidak, aku malu. Mungkin aku hanya akan mendoakannya agar cepat sembuh”
“Ah kamu ini, ka”
Bel pulang pun berbunyi, sebuah tanda yang selalu ditunggu oleh para siswa dan siswi. Seluruh siswa dan siswi langsung berhamburan keluar kelas dan bahkan sekolah. Tapi Rika dan teman-temannya yang mendapat jadwal piket masih harus berdiam di sekolah sampai kelasnya bersih.
***
Keesokan harinya.“Brukkk!”
“Aw”
“Maaf, aku tidak sengaja” ujar seorang pria yang biasa saja tapi pria inilah yang membuat Rika jatuh cinta.
“Di…dimas?” hatinya langsung berdebar kencang, ntah apa yang harus ia lakukan. Perasaan senang takut malu bercampur aduk.
Ini bukan mimpi kan? Duh, Rika kamu itu udah kayak tokoh utama sinetron pake ada acara tabrakan di depan gerbang sekolah.
“Kamu tau namaku?”
“Eh…. I..iya, ada temanku di kelasmu dan katanya kamu sakit ya kemarin?”
“Hanya demam biasa kok. Ini buku-bukumu, maaf ya” pria itu pun pergi dengan memberikan senyuman pada Rika. Sudah pasti senyumannya membuat Rika terbengong untuk sementara.
“Brukkk!”
“Ma..maaf kak” ujar seorang gadis berwajah asing yang sepertinya berumur dibawahku.
“Eh? Tidak apa-apa, kamu anak baru?”
“I..ya kak, kakak tau dimana kelas XI – IPA 3?”
XI – IPA 3? Itu kelasnya Dimas. Apa ini takdir agar aku diberi kesempatan bertemu dengannya lagi? Aaaaaaaaaaaa~
“Oh iya tau, ayo aku antar.”
“Terimakasih kak”
Rika dan anak baru yang bernama Silvi itu pun pergi bersama menuju kelas XI – IPA 3.
“Aku kira kamu adik kelasku, wajahmu sangat imut”
“Eh? Terimakasih kak” gadis itu tersipu malu.
“Nah ini kelas kamu, kalau kamu belum bisa mendapatkan teman mampir saja ke kelasku di XI – IPA 1 hanya selisih satu kelas dari sini”
“Iya kak, terimakasih”
“Jangan manggil kakak, kan kita satu angkatan panggil saja Rika”
“Iya Rika, terimakasih”
Silvi memasuki kelas barunya dan Rika pun kembali ke kelasnya, tapi tentu saja Rika melihat dulu ke dalam kelas tersebut dan mencari sosok Dimas. Terlihat Dimas sedang serius membaca buku pelajar yang dipegangnya. Hal itu semakin membuat Rika jatuh cinta pada Dimas.
“Nis, tau ngga apa yang terajdi hari ini?” ujar Rika sembari duduk dibangkunya.
“Apa apa?” tanya Anis bersemangat, karena terlihat dari wajah Rika kalau sesuatu itu membuatnya sangat senang hari ini.
“Hei, mau cerita tanpa aku ya?” ujar Putri yang mengambil kursi lalu duduk disamping Rika”
“Tadi di gerbang ………..”
“Waaaahhhh, kayaknya kamu benar-benar jodoh sama dia Ka”
“Semoga saja” jawab Rika dengan senyum yang selalu menyelimuti bibir tipisnya.
“Ciieeee, sahabatku yang satu ini bena-benar sudah besar sekarang. Hhaha”
“Ih apaan sih kamu Put” senyum malu ikut menyelimuti bibirnya.
Bel istirahat pun berbunyi, terlihat seorang gadis bebrwajah imut dating ke kelas Rika. Ya, itu Silvi. Sesuai apa yang dibicarakan Rika dan mungkin karena ini hari pertamanya akhirnya Silvi memilih menghabiskan waktu istirahat bersama Rika.
“Hai Sil! Gimana perasaan kamu di kelas baru?” tanya Rika.
“Oh iya, kenalin ini Silvi dia murid baru di kelasnya Dimas”
“Salam kenal” sapanya tersenyum manis.
“Salam kenal juga, aku Anis” menjabat tangan Silvi.
“Aku Putri” menjabat tangan Silvi setelah Anis.
“Kelasnya asyik kok, hanya saja sulit berbaur dengan para siswi di kelas”
“IPA 3 ya, memang sulit untuk menjadi siswi baru disana karena siswi-siswinya memang geng-gengan.” ujar Putri.
“Ya udah, kamu bisa istirahat bersama kita kapan pun kamu mau kok. Sekarang gimana kalau kita ke kantin. Kamu juga belum tau kantin sekolah ini kan?”
“Ah? I..iya”
“Ih aku suka deh kamu pemalu gitu. Hhaha~” ujar Putri.
“Hush Putri” menepuk pelan bahu Putri.
“Ngga usah canggung sama kita, anggap saja teman lama kamu” ujar Rika tersenyum yang dibalas dengan anggukan dan senyuman Silvi.
Mereka berempat pun pergi bersama ke kantin sekolah. Mulai dari hari ini Silvi menjadi salah satu teman yang dekat dengan mereka bertiga. Silvi selalu menghabiskan waktu istirahatnya bersama Rika, Anis dan Putri. Tugas pun mereka mengerjakannya berempat, karena masih satu guru pengajar jadi mereka bisa mengerjakannya bersama-sama. Sekarang jika bermain tidak hanya bertiga lagi tetapi jadi bertempat.
***
“Ka, kenapa ngga pernah kamu tanyakan soal Dimas ke Silvi?”“Hah? Tidak ah, masalah itu aku tidak ingin ada orang lagi yang mengetahuinya apalagi orangnya dekat dengan Dimas”
“Tapi kan Silvi udah deket banget sama kamu Ka”
“Sudah sudah, cukup kita bertiga dan Tuhan yang tau”
Ketika waktu istirahat tiba, tidak biasanya Silvi tidak dating ke kelas Rika. Sempat terpikir mungkin Silvi dengan dengan guru yang biasa lupa waktu bel. Tapi biasanya kalau telat lima menit saja dari waktu bel berbunyi ia akan memberitahu Rika leeway sms. Hari ini tidak, dan itu cukup membuat Rika dan yang lain cemas. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghampiri Silvi ke kelasnya.
Setiba di kelas Silvi, terlihat Silvi sedang bersama Dimas. Mereka duduk bersebelahan, tersenyum dan bercanda bersama. Terpancarkan wajah bahagian diantara mereka berdua.
Kamu kenapa si Ka, kok kamu malah sedih melihat teman dekatmu dan orang yang kamu saying bahagia. Tidak biasanya kamu merasa sesak seperti ini ketika melihat Dimas tersenyum. Tapi rasanya memang benar-benar sakit~
“Ka, kita ke kantin yuk” ajak Anis yang langsung menarik tangan Rika. Rika masih terdiam memandangi mereka berdua.
“Ayo Ka” Putri ikut menarik tangan Rika.
Mereka bertiga pun pergi menuju kantin. Tidak lama setelah mereka sampai, tiba-tiba Silvi dating menghampiri mereka.
“Hei” sapanya dengan senyum.
“Maaf aku agak lama, tadi…” lanjutnya.
“Kamu langsung pesan aja ya Sil, kita semua udah pesan soalnya” ujar Anis memotong omongan Silvi.
“Baiklah” Silvi pun pergi untuk memesan makanan.
Tidak lama kemudian dia kembali duduk bersama Rika dan yang lain, dan ternyata malah melontarkan kata-kata yang mengejutkan.
“Ka, Nis dan Put kayaknya sekarang aku jatuh cinta” ujar Silvi.
“Sama Dimas?” tanya Rika lirih.
“Iya, kok kamu tahu sih Ka? Dia akhir-akhir ini baik padaku, selalu menghampiriku di kelas ketika aku ditinggal oleh yang lain dan selalu mengajarkan materi yang tidak aku mengerti.”
Tuhan, rasanya benar-benar sakit. Aku tidak sanggup menahannya, kenapa harus dengan Silvi? Kenapa harus dengan orang yang ku kenal?
“Ciieee udah ada temen istirahat dong ya sekarang?” ujar Rika dengan nada meledek dan tersenyum.
“Rika~” lirih Anis dan Putri pelan sembari memandang Rika.
“Tadi dia ngajak istirahat bareng sih, tapi aku ingin bersama kalian karena kalian orang-orang yang menemaniku dari awal.”
“Eh Sil, kayaknya pulang hari ini ngga bisa bareng deh. Iya kan Ka? Nis?” ujar Putri sengaja mengalihkan pembicaraan karena terlihat dari wajah Rika kalau hatinya hancur mendengar cerita Silvi.
“I..iya, kita mau ada acara dulu” sambung Anis.
“Oh baiklah” jawab Silvi dengan tersenyum.
Waktu istirahat pun hamper habis, Rika Anis dan Putri kembali ke kelas mereka setelah mereka mengantarkan Silvi ke kelasnya. Kali ini Rika Anis dan Putri benar-benar menyesal mengantar Silvi, karena baru saja sampai pintu kelas Silvi sudah disambut oleh Dimas.
“Jadi ini teman-teman yang kamu bilang itu Sil?”
“Iya Dim”
“Saya Dimas” ujarnya menjulurkan tangan.
“Hah? Saya Anis” menyambut uluran tangan Dimas.
“Saya Putri” menyambut uluran tangan Dimas
“Sa..saya Rika” menyambut uluran tangan Dimas
“Oh nama kamu Rika, sekali lagi maaf ya soal kejadian yang lalu.”
“Ah? I..iya”
Dimas dan Silvi benar-benar terlihat dekat, bahkan sampai Silvi menceritakan tentang kami. Ada apa dengan kamu Rika? Kenapa kamu melah merasa sesak melihat kebahagiaan mereka?
Rika, Anis dan Putri pun kembali ke kelas mereka. Anis dan Putri terus memandangi Rika yang terdiam yang melamun sejak kejadian tadi.
***
Satu bulan pun berlalu, Silvi dan Dimas semakin dekat bahkan sekarang SIlvi sudah tidak menghabiskan waktu bersama Rika dan yang lain lagi. Rika benar-benar kehilangan kabar tentang Silvi. Firasat-firasat buruk baginya yang mungkin berita baik bagi mereka berdua terus menghantui Rika. Membayangkan kalu mereka bersama, membayangkan kalau mereka jadian. Dan ternyata itu bukan Cuma firasat.“Rik” ujar Anis.
“Kamu benar-benar berniat memberitahunya?” bisik Putri pada Anis.
“Aku tidak tega membiarkanya seperti ini, setidaknya mungkin jika dia tahu dia akan membuka lagi hatinya untuk pria lain” jawabnya pada Putri pelan.
“Iya Nis?”
“Kamu tahu?”
“Tahu apa?”
“Dimas~”
“Oh itu, iya aku tahu kok” jawabnya dengan tersenyum menahan sakit.
Anis dan Putri memeluk Rika, dan langsung saja itu membuat Rika tidak bisa menahan air matanya lagi.
“Nangis aja Ka, keluarin semuanya hari ini. Lupain dia, ikhlasin dia~”
Rika tidak merespon omongan Putri, Rika hanya bisa terus menangis dan bahkan tangisannya lebih keras ketika mendengar ucapan Putri. Mereka tidak peduli kalau mereka ada di kelas, mereka tidak mepeduli kalau banyak yang memperhatikan mereka dan bertanya ‘Kenapa?’. Mereka hanya ingin sahabat terbaiknya meluapkan semua emosi yang ia rasakan saat ini. Rasa sakit menyayangi seseorang yang menyayangi orang lain. Rasa sakit penantian yang sia-sia. Rasa sakit merelakan seseorang yang ia sayangi demi kebahagiaan mereka.
Untung aku masih memiliki mereka, Anis dan Putri yang selalu ada untukku. Mereka tidak pernah berhenti menghiburku sejak kejadian itu, dan lucunya mereka selalu menawarkanku pria-pria yang menurut mereka baik. Memang sih ada yang tampan, pintar dan mungkin baik tapi ntah kenapa hati ini masih sulit terbuka untuk orang lain. Padahal aku tidak terlalu dekat dengan Dimas, tapi benar-benar sulit merelakannya.
Biarkan saja seperti ini, seperti saat itu. Hanya memandangnya dari jauh, bahagia ketika ia bahagia, sedih ketika ia bersedih, mendoakan yang terbaik untuknya. Walaupun kali ini pasti lebih sulit dari waktu itu. Jadi maafkan aku Dimas kalau mungkin aku sedih melihatmu bahagia dengan dia. Aku memang jahat, bahkan kadang mendoakan kalian putus. Tapi akan aku coba untuk mengikhlaskanmu mulai dari sekarang, akan aku coba untuk tetap menjaga perassan ini sampai tiba waktunya untuk menghilang atau mungkin bertambah, akan aku coba untuk tetap mendoakan yang terbaik untukmu.
***
“Hai Rika” tiba Silvi datang menghampiri Rika.“Aish gadis ini” ketus Putri pelan.
“Hush ngga boleh gitu, dia teman kita juga” ujar Anis menyenggol Putri dengan sikunya.
“Ka, aku jadian sama Dimas~” terlhat ekspresi yang benar-benar bahagian dari wajah Silvi.
Anis dan Putri terdiam dan menepuk kening mereka masing-masing. Putri mencoba mengalihkan pembicaraan tapi sepertinya Rika sudah membaca rencana Putri dan memegang tangan Putri tanda kalau Rika berkata “Tidak apa-apa”.
“Sil, aku pengen minta sesuatu sama kamu.”
“Apa Ka? PJ? Hhaha iya pasti aku kasih buat kalian bertiga”
“Put, kok aku kesel ya sama anak ini” bisik Anis pada Putri.
“Ngga boleh gitu, dia teman kita juga” ejek Putri.
“Bukan”
“Lalu?”
“Jaga dia, sayangi dia, jangan biarkan ia terluka, jangan biarkan ia merasakan pahitnya cinta”
“Rika~ jangan-jangan kamu………………..”
Pernahkan kalian berusaha merelakan orang yang kalian sayang?
Pernahkah kalian harus melepaskanya atau kalian lebih memilih ego kalian?
Sakit memang, tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak bisa memaksakan hati seseorang untuk menyayangi kita. Mungkin sekarang saatnya membuktikan kata bullshit “Aku bahagia ketika kamu bahagia” itu bukan hanya bullshit, walaupun akan sangat sulit anggap saja pengorbanan karena cinta selalu membuthkan pengorbanan.
<3
<3
<3
TAMAT
<3
<3
TAMAT
0 comments