Cinta Mati
Diclaimer :
Masashi Kishimoto
Author :
Kirei No Yuki (Me)
Pair :
NaruHina
Genre :
Romance #maybe.. xd
Rate :
Sepertinya T
“Besok
hari jadiku dengan Naruto-kun, ngasih hadiah apa ya?” ujar Hinata sembari
melihat barang-barang di toko Sakura.
“Mau
cari apa Nata?” tanya Sakura.
“Hadiah
buat Naruto-kun.” jawab Hinata lirih.
“Kalau
itu gampang, kamu pasti tau kana pa yang Naruto suka tapi belum dia miliki.”
ujar Sakura lalu meninggalkan Hinata.
“Kesukaan
Naruto-kun?” pikir Hinata dalam hati.
Esok
hari pun tiba, Hinata sudah membungkus hadiah yang ingin dia berikan pada
Naruto. Tiba-tiba tepat pukul 7.00, Naruto sudah ada di depan rumahnya dengan
memawa tas yang berisi baju. Sepertinya dia akan mengajak Hinata pergi.
“Eh,
Naruto. Mari masuk, Hinatanya ada di dalam.” ujar ibu Hinata yang memang sudah
tau hubungan Hinata dengan Naruto.
“Makasih
bu.” ujar Naruto sembari tersenyum lalu masuk ke kamar Hinata.
Di
kamar.
“Naruto-kun?”
Hinata segera menyembunyikan hadiahnya di bawah tempat tidurnya lalu membukakan
pintu.
“Ohayou
Hinata-chan.” ucap Naruto sembari tersenyum.
“O
iya, aku akan mengajakmu ke pantai hari ini. Mugkin dua hari kedepan kita akan
menginap disana. Ada Sakura dan Sasuke juga ikut kok. Jadi cepat siap-siap ya,
aku tunggu di bawah.” lanjut Naruto sembari mengecup kening Hinata lalu pergi
ke lantai bawah.
“Ke
pantai? Sebaiknya hadiahnya aku berikan setelah pulang dari pantai.” Hinata pun
segera membereskan pakaiannya.
Setelah
semuanya siap. Hinata pun turun ke bawah menghampiri Naruto, lalu berpamitan
kepada kedua orang tua Hinata diikuti Naruto.
“Sekarang
kita ke rumah Sasuke dulu ya. Biar berangkatnya bareng.” ujar Naruto sambil
menyalakan mesin motornya. Hinata hanya menganggukan kepala lalu menggunakan
helm.
Sesampainya
di rumah Sasuke, mereka berempat langsung berangkat ke tempat tujuan. Karena
Sasuke dan Sakura memang sudah tinggal berangkat.
Sepanjang
jalan merekan berempat bercanda bersama, karena motornya dijalankan perlahan
mereka bisa bersampingan dan saling mengobrol. Sakura dan Hinata tidak
bosan-bosannya memperingati Sasuke dan Naruto agar hati-hati dan tetap focus
pada jalan. Karena hampir saja motor mereka oleng akibat terus berbincang.
Sesampainya
di pantai. Naruti dan Sasuke membawakan barang-barang yang dibawa oleh mereka
termasuk oleh pacar mereka ke penginapan yang memang sudah disewa sebelumnya.
“Ok,
Hinata kamu satu kamar dengan Sakura, dan aku akan satu kamar dengan Sasuke.”
ujar Naruto.
Semuanya
pun langsung masuk ke kamarnya masing-masing. Lalu berganti pakaian untuk
berenang di pantai. Setelah semuanya siap menuju pantai, tiba-tiba Naruto masuk
lagi ke penginapan dan menyuruh Hinata bersama Sasuke dan Sakura.
“Naruto-kun,
kamu ngga apa-apa?” tanya Hinata cemas.
“Aku
ngga apa-apa, mungkin cuma butuh waktu sebentar untuk istirahat.”
“Ayo
Hinata!” ajak Sakura yang sudah diambang pintu.
“Aku
mau nemenin Naruto dulu, kamu duluan aja.” jawab Hinata pada Sakura. Sakura pun
pergi bersama Sasuke.
“Kalau
kamu lagi sakit, kenapa mengajakku kesini?” tanya Hinata.
“Aku
ngga apa-apa sayang, beneran.” ucap Naruto meyakinkan, manum dengan suara yang
menahan rasa sakit.
“Kenapa
harus kambuh sekarang? Aku tidak ingin menghancurkan hari ini. Hari jadi tepat
1 tahun aku dan Hinata. Aku harus bisa menahannya.” ujar Naruto dalam hati.
“Kita
pulang saja ya?” tanya Hinata.
“Ngga,
aku udah ngga apa-apa kok. Ayo kita ke pantai.” ,menarik tangan Hinata.
“Ngga, kita disini
aja.” diam di tempat.
“Pantaikan tempat
kesukaanmu, akau mohon Hinata. Mingkin ini permintaan terakhirku.”
“Permintaan terakhir?”
“Iya, permintaan
terakhir di tempat ini. Kalau di tempat lain ya beda lagi. Hhehe.”
“Huhh, kamu ngebuat aku
takut. Ya udah kita ke pantai.”
Naruto dan Hinata pun
menuju pantai bersama Naruto dan bergabung dengan Sakura dan Sasuke. Mulai dari
berenang, main voly, main pasir, dan lain-lain mereka lakkan bersama dengan
pasangan masing-masing.
Tepat pada saat
matahari terbenam, Sakura dan Sasuke kembali ke penginapan untuk menyiapkan
makan malam karena memang mereka sudah lebih dulu di pantai. Sedangkan Naruto
dan Hinata duduk di tepi pantai sambil menunggu matahari benar-benar terbenam.
Tiba-tiba Naruto batuk-batuk dan mengeluarkan darah.
“Naruto-kun!” cemas
Hinata.
“Aku ngga apa-apa.”
ujar Naruto sembari tersenyum.
“Ayo kita kembali ke
penginapan.” Hinata mulai berdiri dari tempatnya dan membantu Naruto berdiri.
“Tahun lalu tepat pada
saat matahari terbenam aku mendapatkan wanita yang benar-benar aku sayang dan
menyayangiku. Happy anniversary Hinata-chan.” ujar Naruto lalu memeluk erat
Hinata.
“Naruto-kun.” Hinata
pun membalas pelukan Naruto dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
Narto pun mengusap air
mata Hinata dan menciumnya. Matahari pun mulai kembali ke tempat
peristirahatannya, seolah tidak ingin menggangu Naruto dan Hinata.
Keesokan harinya,
Naruto sudah tidak mampu untuk berjalan. Seharusnya pulang itu besok, tapi
diubah jadi hari ini. Naruto tidak mungkin pulang dengan membawa motor. Sasuke
pun pergi ke tempat saudaranya yang berada tidak jauh dari sana untuk meminjam
mobil. Karena saudaranya memang sudah percaya kepada Sasuke, dia pun diberikan
kunci mobil. Dengan segera Sasuke menuju penginapan.
Di penginapan Hinata
dan Sakura terus berusahan membantu Naruto dan bersiap-siap. Saat Sasuke
datang, Sasuke langsung membawa Naruto ke mobil lalu barang-barang yang mereka
bawa. Lalu menjalankan mobil dan pulang. Motor mereka dititipkan di penginapan
itu.
“Aku ngga apa-apa.”
ujar Naruto terbata-bata.
“Ngga apa-apa darimana?
Kamu mau sampai kamu kayak gimana lagi?” Hinata membentak Naruto sembari
menangis.
“Hinata.” ujar Sasuke
dan Sakura bersamaan.
“Maafkan aku Hinata,
Sakura, Sasuke. Aku emang ngga berguna cuma bisa merepotkan kalian.” lirih
Naruto.
“Sudahlah Naruto, kau
istirahat saja.” jawab Sasuke.
Setelah sampai di rumah
Naruto, semuanya membantu Naruto turun dan membawa barang-barang Naruto. Sasuke
dan Sakura hanya berbincang-bincang sebentar lalu pulang, sedangkan Hinata
masih tetap menemani Naruto.
Malam pun tiba. Keadaan
Naruto mulai membaik.
“Mau nginep?” tanya
Naruto berharap.
“Mmm, kayaknya ngga.
Aku takut ibuku khawatir. Mungkin sebentar lagi aku pulang.”
“Aku antar ya?”
“Ngga, kamu kan masih
kurang sehat. Aku naik ojek aja.”
“Aku udah ngga apa-apa
kok.”
“Ngga Naruto-kun, aku
ngga mau kamu kenapa-kenapa gara-gara aku. Ya udah aku pulang sekarang aja,
kalau nanti takut keburu ngga ada tukang ojek yang mangkal.
“Baiklah, aku antar
kamu sampai ke tempat mangkal ya.”
Hinata pun pulang
dengan naik ojeg. Tiba-tiba di tengah perjalanan, Hinata merasa takut merasa
tidak enak hati. Beberapa menit setelah Hinata mencoba menenangkan hatinya,
motor yang iya tumpangi oleng dan menabrak truk yang melintas di depannya.
“Naruto.” desah Hinata
perlahan menutup matanya.
Warga yang melihat
segera menolong kedua korban kecelakaan itu, orang yang mengendarai motor
tersebut sudah meninggal di tempat. Sedangkan Hinata masih dilarikan ke rumah
sakit.
Di rumah Naruto,
tiba-tiba bingkai yang berisi foto Hinata jatuh dan pecah. Naruto segera
berlari ke luar, berniat menyusul ke rumah Hinata. Tetapi saat ia membuka
pintu, di hadapannya ada Sasuke yang memberi kabar kalau Hinata kecelakaan dan
sekarang sedang krtis di rumah sakit.
“Kau bohong kan?” ujar
Naruto dengan air mata yang mulai membanjiri matanya.
“Ngga Naruto, aku
sedang membeli nasi goring yang tidak jauh dari tempat Hinata kecelakaan. Saat
aku mendekatinya, dia menyebutkan namamu. Ayo sekarang ke rumah sakit.”
“Hinata! Aku menyesal
membiarkannya pulang sendiri.” keluh Naruto.
“Tidak ada gunanya menyesal,
sekarang yang penting keadaan Hinata.”
Penyakit Naruto kambuh
lagi perlahan, tapi Naruto tetap berhatan hingga sampai ke tempat dimana Hinata
dirawat. Naruto pun segera berlari menuju ranjang Hinata.
“Hinata!” ujarnya
senbari memegang erat tangan Hinata.
Melihat keadaan Hinata
yang masih berlumuran darah, rasa sakit Naruto semakin mencekam. Badannya
terasa lemas, dan akhirnya dia pun pingsan. Kepalanya bersender disamping
kepala Hinata, tubuhnya tertahan oleh kursi yang didudukinya.
“Naruto! Bangun
Naruto!” teriak Sasuke sembari menggoyang-goyangkan tubuh Naruto.
Tiba-tiba tangan Hinata
bergerak perlahan, matanya pun mulai terbuka sedikit demi sedikit.
“Naruto bangun! Hinata
sadar.”
Melihat Naruto
terbaring disampingnya, Hinata hanya bisa mengeluarkan air mata.
“Ha..pp.ppy
a..ni..ver..sarry Naruto.. kun.” ucapnya terbata-bata lalu mecium Naruto.
Sasuke pun keluar, dengan maksud untuk memanggil sudter atau dokter yang ada
disana.
Ternyata Hinata sudah
tidak kuat menahan sakitnya, sebelum dokter atau suster datang, sebelum Naruto
tersadar. Matanya sudah tertutup lagi, dan untuk selamanya.
Keesokan harinya,
Naruto hanya bisa menangis memandangi foto Hinata sambil mengingat cerita
Sasuke tentang kalimat dan ciuman terakhir dari Hinata.
“Aku memang bodoh, aku
terlalu lemah. Aku tidak bisa menemaninya saat iya sedang berperang dengan
maut.” keluh Naruto.
“Aku akan terus
mencintaimu sampai ajal menjemputku, seperti kamu yang selalu mencintaiku
hingga akhir hayatmu. Love you Hinata.”
Permintaan saat di
pantai itu ternyata benar-benar menjadi permintaan terkahir untuk Naruto. Dan
hadiah yang dipersiapkan Hinata, tetap berada dibawah tempat tidur Hinata.
::
Tamat ::

0 comments