Couple
Update status:
Huft, lagi – lagi aku gagal ngejalanin hubungan. :(
Beberapa menit setelah menulis status, orang itu mengomentari statusku lagi. Dia sangat perhatian dan selalu memberi masukan – masukan yang baik buatku. Namanya Irfan, aku sering memanggilnya kakak karna memang umurnya lebih tua dariku.
“Udah jangan sedih gitu, masih banyak kok cowo yang lebih bisa menghargai perasaan kamu. ” ujarnya yang dia tulis dalam komen.
“Sip kak. :D” balasku.
Hari – hari berikutnya, masih tetap sama. Setiap aku menulis status kakak pasti mengomentari statusku. Sampai akhirnya, dia mengirim inbox padaku.
“De’ kakak boleh minta nomor hpnya??”
“Mmmmhhh, buat apa kak? Nakut – nakutin tikus ya? Hehe.”
“Nggalah, biar gampang aja kalau kakak kangen sama kamu.”
“Ih, kakak tukang ngegombal nih. Ya udah nih, jangan disebar – sebar ya kak. 08579987xxxx.”
“Makasih.”
Beberapa menit kemudian, handphoneku berbunyi. Nomernya ngga dikenal, yang ada dipikiranku mungkin itu nomor kakak. Aku langsung mengangkat teleponnya.
“Hallo!”
“Hai, ini nomor kakak. Save ya. ”
“Pastilah kak. :D”
“O iya, kamu masih sendiri?”
“Emang kenapa?”
“Mau ngga jadi couple kakak? Hehe.”
“Couple?”
“Iya, jarak kita kan jauh. Jadi ngga mungkin kalau kakak minta kamu jadi pacar kakak.”
“Emang bedanya apa?”
“Kalau couple, cuma buat main – main. Jadi kamu masih bisa nyari di duta.”
“Hhhmmm, nanti aku pikirin lagi deh kak. Hehe.”
Tidak lama setelah itu, aku langsung menutup teleponnya, aku memikirkan kata – kata yang kakak ucapin tadi.
“Hhhmm, cuma di dumay. Aku terima aja deh, dia baik juga kok. Lagian jarak jauh, jadi ngga mungkin ampe terjadi hal – hal yang ngga diinginkan.” Ujarku dalam hati.
Keesokan harinya, dia menelponku lagi untuk minta jawaban.
“Gimana?”
“Hhhmm, boleh deh.”
“Asyik, makasih sayang.”
Satu bulan pun berlalu, dia makin perhatian padaku dan aku pun mulai menyayanginya. Walau pun jarak kita jauh, aku percaya kalau dia ngga akan selingkuh. Dia selalu ada waktu untuk menghubungiku. Aku ngga percaya kalau dia cuma mau main – main.
Malam harinya dia pun menelpon lagi.
“De’ kakak boleh minta sesuatu sama dede?”
“Apa?”
“Kakak pengen jadi pacar dede, kakak janji kalau ada libur panjang pasti mampir ke rumah dede.”
“Tapi kan rumah kita kepisah laut.”
“Demi dede pasti bakal kakak lakuin ”
“Yeeehhh.”
“Gimana? Mau ngga? Tapi kalau ngga mau juga ngga apa, yang jelas kakak ngga akan nyari cewe lain di duta. Kakak cuma mau sama dede.”
“Ih kakak, iya deh dede mau.”
“Makasih, I Love You, de”
Satu tahun pun berlalu, aku ngga nyangka bisa hubungan sampai satu tahun. Mungkin gara – gara ngga pernah ketemu dan gara – gara kita saling percaya, jadi jarang ada konflik.
Hari libur panjang pun tiba, tiga hari dia ngga ngasih kabar, sms dan telepon pun ngga ada. Aktivitas faceboknya ngga ada nomornya pun ngga aktif. Aku khawatir, tapi aku bingung harus apa. Ngga ada satu orang pun yang bisa dihubungi buat nanyain keadaannya dia.
Tiba – tiba ada nomor baru lagi yang menelponku.
“Kamu keluar rumah sekarang.”
“Tunggu…” aku tidak melanjutkan perkataanku karena teleponnya sudah mati.
Bergegas aku ke halaman rumahku.
“Kakak?” teriakku terharu dan berlari menuju gerbang rumah lalu memeluknya.
“Kakak nepatin janji kakak kan? Hahaha.”
“Huh, tiga hari ngilang gitu aja.”
“Kakak ke sini naik kapal, jadi ngga ngeaktifin handphone. Hehe.”
“Huft.”
“Udah – udah, yang penting kakak udah ada di depan kamu sekarang.” Ujarnya sambil mengelus – ngelus kepalaku.

0 comments