Lagi - Lagi Chapter 3
Lagi-Lagi
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Author : Ru'fatiani
Pair : Sakura. H & Gaara
Genre : Hurt/Romance
Warning : OOC, Typo(s), gaje, romancenya &
hurtnya ngga dapet(?), dll.
Chapter
sebelumnya..
“Ngga
Sakura! Aku ngga mungkin sama dia. Aku suka sama kamu!” ujar Gaara dengan
pandangan yang menatap tajam pada mata Sakura. Sakura hanya terdiam dan terkejut
mendengarkan perkataan Gaara yang tiba-tiba itu.
“Aku
udah nyaman ada disamping kamu, kamu tipe perempuan yang aku cari Sakura.” ujar
Gaara meraih tangan Sakura.
“Gaara…”
Lagi-Lagi Chapter 3
“Sakura, kamu mau jadi pacar aku?” tanya
Gaara dengan wajah serius untuk meyakinkan Sakura.
“Ta..tapi kita belum lama kenal.”
“Dari awal melihatmu aku sudah
menaruh rasa padamu, hanya saja aku terlalu pengecut dan baru berani
mangatakannya sekrang.”
“Beri aku waktu Gaara-kun.” ujar Sakura
dengan suara lirih dan pergi meninggalkan Gaara.
“Moga berita baik yang akan aku
dengar nanti.” ujar Gaara pelan, tapi cukup untuk didengar Sakura yang jaraknya
belum terlalu jauh.
“Kenapa denganku, padahal dari dulu
kata itu yang ingin aku dengar darinya tapi saat iya mengatakannya kenapa aku
menghindar.” keluh Sakura dalam hati. Tanpa memperhatikan jalan, Sakura terus
berjalan mengukiti langkah kakinya. Tanpa sadar Sakura menabrak seorang gadis
berambut coklat.
“Ma..maf, aku tidak sengaja.” ujar
Sakura yang tersadar dari lamunannya.
“Eh? Ngga apa-apa kak. Mungkin aku
yang jalannya tidak lihat-lihat.” Ujar gadis itu dengan senyuman manisnya,
senyuman yang polos yang membuat Gaara tertarik pada senyumannya.
“Matsuri?” lirih Sakura pelan tapi
cukup terdengar oleh Matsuri.
“Kakak tau namaku?” tanya Matsuri
heran. Karena dia sendiri baru bertemu Sakura hari ini.
“Ah, iya. Temanku ada yang
mengenalmu.”
“Siapa kak? O iya nama kakak siapa?”
“Sakura! Darimana saja ka….?” ujar seorang
pria berambut merah dengan nada yang sedikit berteriak, tapi kata-katanya
terpotong saat melihat Sakura bersama Matsuri.
“Nah, itu dia temanku yang
mengenalmu.” jawab Sakura tersenyum.
“Ayo Sakura.” dengan wajah datar
Gaara menarik tangan Sakura dan membawanya ke kelas.
“Gaara-kun.” lirih gadis berambut
coklat itu sambil memperhatikan tangan Gaara yang memegang erat tangan Sakura.
Sesampai di kelas, sifat Gaara
tiba-tiba berubah. Sifat dinginya datang lagi termasuk dingin pada Sakura
seolah tidak pernah terucap kata suka dari pria itu.
“Sifatnya berubah, apa sebelumnya
Gaara mempunyai hubungan dekat dengan gadis itu.” tanya Sakura dalam hati
dengan mata yang terfokus pada Gaara. Gaara yang terus memperhatikan guru tidak
menyadari bahwa gadis merah muda itu sedang memandanginya.
“Mata melihat ke depan tapi pikiran
berada di tempat lain, terpancar sekali dari parasmu Gaara-kun.” lirih Sakura.
Bel waktu tanda pelajaran
berakhir pun bunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Kecuali Gaara dan
Sakura, terlihat Gaara mulai membereskan buku-bukunya sedangkan Sakura masih
memperhatikan Gaara dan mencoba menebak apa yang Gaara pikirkan tentang gadis
itu.
Karena sudah lama diperhatikan Gaara
pun menyadarinya.
“Ayo cepat bereskan buku-bukumu. Apa
dengan memperhatikanku terus buku-bukumu bisa masuk ke dalam tasmu dengan
sendirinya?” ujar Gaara yang masih sibuk dengan barang-barangnya.
“Eh?! Baik.” jawab Sakura dengan
wajah yang memerah dan mulai membereskan buku-bukunya.
Merekapun keluar dari kelas bersama,
dengan Gaara yang berjalan di depan Sakura. Setelah sampai di luar kelas Gaara
memperlambat jalannya, dengan niat agar bisa berjalan berdampingan dengan
Sakura. Sakura yang sedari tadi memperhatikan Gaara dari belakang terkejut dan
langsung tertunduk dengan wajah yang memerah.
“Apa kamu sudah menemukan
jawabannya?” tanya Gaara dengan mata yang tetap fokus ke depan.
“Eh? Em.. Malam ini pasti akan ku jawab.” Jawab Sakura gugup dengan
sejenak menghentikan langkahnya sembari menunduk.
Melihat Sakura yang menghentikan
langkahnya sejenak, Gaara membalikkan badannya dan menuju ke arah Sakura. “Pikirkan
baik-baik, jangan sampai menimbulkan penyesalan dimasa yang akan datang.” ujar Gaara
dengan senyumannya lalu memegang pundak Sakura dengan kedua tangannya dan mengecup kening Sakura.
Sakura hanya menjawab perkataan
Gaara dengan anggukkan kepalanya.
***
Merekapun sampai di rumah Sakura.
“Mau mampir dulu?”
“Tidak usah terimakasih, aku ada
perlu setelah ini. Mungkin lain kali.”
“Baiklah, hati-hati di jalan ya.”
“Iya, Sakura.” ujar Gaara dengan
sedikit mengacak-ngacak rambut merah muda Sakura, lalu pergi meninggalkan
Sakura.
Wajah Sakura langsung memerah dan
tidak bisa mengatakan apa-apa. Sakura hanya bisa memperhatikan Gaara sampai
lepas dari pandangannya, lalu masuk ke dalam rumah.
“Mungkin dia orang yang baik,
mungkin dia berbeda dengan Itachi.” Ujar Sakura dalam hati saat berjalan menuju
rumahnya.
Saat masuk ke rumah, Sakura langsung
menuju kamarnya. Memikirnya dengan baik-baik apa jawaban yang akan ia lontarkan
pada Gaara nanti malam. Dia menyukai Gaara, tapi rasa sakit dimasa lalunya yang
membuat ia takut untuk menerima Gaara. Sudah berkali-kali berpikir positif
tentang Gaara tapi tetap bayangan masa lalunya datang dan membuatnya ragu.
Sesekali Sakura menangis mengingat apa yang dilakukan Itachi padanya.
Sore hari pun tiba, Sakura masih
mengurung diri di kamarnya. Panggilan dari ibunya yang menyuruhnya makan pun ia
tolak. Sampai akhirnya ada seorang pria yang umurnya lebih tua dari Sakura dan
berambut panjang hitam bertamu ke rumahnya, dengan kaki sebelah kanan yang
masih memakai gips.
“Oh, Itachi. Tante kira siapa. Apa
yang terjadi sama kamu?”
“Cuma kecelakaan kecil tante, Sakura
ada?”
“Daritadi dia ada di kamarnya,
bentar tante coba susul.”
Saat ibu Sakura menyusul Sakura ke
atas, Itachi hanya duduk di sofa rumah Sakura. “Suasana rumah ini masih sama
seperti dulu.” ujarnya sembari melihat sekeliling.
“Sakura! Ada Itachi tuh. Kamu kenapa
sih, dari tadi di dalam, ada masalah sama teman-teman kamu? Ayo cerita sama
mama.” ujar ibu Sakura yang mengetuk pintu kama Sakura dari luar.
“Itachi? Darimana dia tau rumahku?”
tanyanya dalam hati. “Sakura lagi ngga mau ketemu dia ma.” teriak Sakura dari
dalam.
“Kasihan dia Sakura, sepertinya dia
sudah mengalami kecelakaan.”
“Kecelakaan? Apa lukanya belum
sembuh?” dengan reflek Sakura berlari kecil menuju pintu kamarnya. Saat sudah
memegang gagang pintu, Sakura sempat terdiam. “Kenapa rasa khawatir ini masih
ada?” Perlahan Sakura membuka pintu dan mendapati ibunya sedang memasang wajah
cemas.
“Akhirnya kamu keluar juga Sakura,
langsung makan ya. Nanti mama siapkan makan buat kamu dan Itachi.” ibu Sakura
langsung memeluk Sakura dan mencium keningnya. “Sekarang kamu temui Itachi,
mama ke dapur dulu.”
Sakura pun perlahan menuruni tangga.
“Apa aku sudah siap melihatnya? Apa aku sudah siap berbicara dengannya lagi
setelah semua ini? Kenapa waktu itu kamu tega melakukan itu padaku Itachi?” air
mata Sakura mulai membanjiri matanya.
“Ah, Sakura akhirnya aku bisa
bertemu denganmu lagi.” senyuman mulai terpancar di wajah Itachi.
“Mau apa kamu kesini?!” ketus Sakura
lalu duduk di sofa yang berada di depan Itachi.
“Aku tau aku salah, aku minta maaf
Sakura. Aku kesini hanya ingin bertemu denganmu, kecelakaan yang membuatku
seperti ini juga karena aku dihantui rasa bersalahku padamu yang membuatku
tidak konsentrasi pada jalan.”
“Aku sudah memaafkanmu, jadi kamu
bisa pergi sekarang.”
“Aku ingin kita seperti dulu lagi
Sakura. Walaupun kamu sudah bukan milikku.” itachi mulai mencoba meraih tangan
Sakura.
“Hati ini sudah terlalu sakit.”
Sakura melepaskan tangannya dari genggaman Itachi.
“Maafkan aku Sakura.” perlahan air
mata mengalir di wajah Itachi.
“Aku sudah bahagia disini,
setidaknya disini ada seseorang yang lebih bisa menghargaiku.” mendengar omongan
Sakura, Itachi hanya bisa terdiam dan meundukkan kepalanya. “Sebaiknya kamu
pergi dari sini, sebelum aku berubah pikiran untuk tidak memaafkanmu.”
“Meskipun aku bersamanya, hatiku
tetap milikmu Sakura.” ujar Itachi, sembari berusaha berjalan ke arah pintu.
“Lupakan semuanya, bahagialah
dengannya.” Sakura mulai membantu Itachi berjalan keluar, sampai menemukan
mobil untuk kembali ke Osaka.
“Aku tidak dapat percaya semua
omonganmu lagi Itachi-san, maaf.” ujar Sakura dalam hati lalu menuju rumahnya
lagi.
“Kemana Itachi?” tanya ibu Sakura
heran.
“Dia sudah pulang. O iya, mana
makanannya ma? Anak mama yang cantik ini sudah lapar.” canda Sakura, seolah
menutup rasa sakit yang ada di hatinya.
“Makanya jangan coba-coba ngurung
diri di kamar lagi, tuh udah mama siapin di meja makan, yang punya Itachi juga
sudah mama siapkan.”
“Itachinya kan sudah pulang, jadi
Sakura makan bareng mama saja ya.” senyum diwajah Sakura sukses menutupi rasa
sakitnya, yang membuat ibunya ikut tersenyum melihatnya.
“Baiklah.”
Malam hari pun tiba, dan sepertinya
Sakura sudah menemukan jawaban yang tepat untuk dia berikan pada Gaara. Saat
Sakura melihat handphonenya ternyata banyak sms dan panggilan tak terjawab dari
Gaara.
“Hhehe, kamu udah ngga sabar ya?”
ejek Sakura pada layar handphonenya. Sakura pun mencoba menelpon Gaara.
“Hallo? Darimana saja telponku ngga
diangkat?”
“Aku ngga tau handphoneku bunyi,
soalnya aku simpen di kamar. Maaf, hhehe.”
“Haddeh, kamu membuatku cemas tau.
Terus gimana?”
“Gimana apanya?” goda Sakura.
“Masalah tadi siang?” terdengar
suara Gaara yang mulai tak sabar.
“Mmm.. Jawabannya..”
“Apa?” dibalik telpon Gaara mulai
berkeringat dingin.
“Aku mau jadi pacar kamu, Gaara-kun.”
“Sudah aku duga, arigato
sakura-chan.” ujar Gaara dengan senyum dibalik telepon dan hati yang berpesta
pora(?).
“Eh? Kamu sudah menduganya?”
“Yaps, ngga mungkin kamu bisa
menolakku. Hhaha.” ejek Gaara.
Merekapun terus berbincang lewat telepon
hingga larut malam, terlihat wajah bahagia yang menghiasi mereka berdua.
Meskipun masih ada keganjalan di hati Gaara. Dan masih ada trauma di hati
Sakura.
To Be Continue
Apakah Sakura akan bahagia
berhubungan dengan Gaara? Dan sebenarnya apa masalah dimasa lalu Sakura
sehingga dia takut untuk memulai hubungan yang baru?
Nantikan chapter berikutnya. J
2 comments
lanjutin teh~ xD
ReplyDeleteSip sip ide udah dapet tinggal nyari waktu buat bikinnya xD
ReplyDelete