• Home
  • Fanfictions
    • Naruto
    • Sword Art Online
  • Short Stories
    • Teens
    • Romance
    • Comedy
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Ru'fatiani Blog

Tahun ini adalah tahun pertamaku masuk di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Aku merupakan mahasiswa rantau yang artinya aku tidak lahir dan tinggal di sini, jadi aku harus menyewa satu kamar kos sebagai tempat tinggal. Sebagai mahasiswa rantau, selain lingkungan kampus yang asing orang-orang yang aku temui pun berasal dari daerah yang berbeda-beda. Aku sempat khawatir apakah aku akan dapat teman di sini atau harus menjalani sendiri semua sampai aku lulus karena teman-teman dekatku yang dulu berada di satu SMA tidak masuk ke perguruan tinggi yang sama.

Hari ini, hari pertama aku melihat semua orang-orang yang berada sekelas denganku. Aku segera mencari bangku kosong untuk duduk, dan bangku yang kosong itu ternyata mengharuskan aku duduk dengan seorang pria.
“Kosong?” ujarku.
“Kosong kok, duduk saja” jawabnya. “Namamu siapa?” lanjut pria itu.
“Vara. Kamu?”
“Panggil saja Farrel.” Jawabnya tersenyum.

Kesan pertamaku pada Farrel adalah dia orang yang cool, pinter, dan lain-lain sejenis karakter utama cowok dalam drama korea yang sering aku tonton. Faktanya, dia orang termenyebalkan. Oke, pinternya aku akui.

Setiap masuk kelas kami tidak pernah akur, ada saja hal yang membuat kami bertengkar kecil, tapi ntah kenapa aku ‘senang’. Sehari dia tidak mencari masalah seperti ada yang kurang, lama-lama aku menikmati suasana kelas karena keberadaannya. Pertengkaran kami bahkan terkenal sampai keluar kelas, sampai-sampai ada yang bilang kalau kami akan jadi sepasang kekasih nantinya. Mendengar itu hati tersenyum, walaupun bibirku selalu menolak. Karena jujur saja dia orang pertama yang bias membuat aku nyaman berada di sini. Aku tidak tau dia memiliki perasaan yang sama atau tidak yang jelas aku tidak ingin suasana ini menghilang.

Satu bulan pun berlalu, ada acara dari himpunan yang lokasinya berada di luar kampus. Karena aku dan dia sudah terkenal sering ‘bertengkar’ teman-teman yang lain sengaja menyuruh aku untuk pergi ke lokasi bersamanya. Akhirnya aku dan dia pergi bersama dengan motornya, kami pergi seletah magrib karena acaranya memang malam sampai besok pagi. Sebenarnya kami tidak benar-benar hanya pergi berdua, kami pergi bersama dengan yang lainnya juga hanya saja aku di lokasikan(?) untuk sekendaraan dengan dia. Saat di jalan tiba-tiba motor yang dia kendaradi terjatuh, ntah mungkin karena jalan licin.
“Kamu ngga apa-apa?” ujarnya panik.
“Ngga apa-apa kok. Kamu gimana?”
“Beneran ngga apa-apa? Ada yang sakit ngga? Maaf” ujarnya terlihat sangat merasa bersalah.

Melihatnya panik malah membuatku ingin menangis, dan ternyata beberapa tetes air mata keluar dari mataku.
“Ih jangan nangis. Sakit?”

Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba mataku mengeluarka air mata, sakitnya tidak seberapa dan aku pun tidak merasa sedih justru aku merasa senang. Mungkin aku memang benar-benar sudah jatuh cinta dengan pria ini.

Selama di perjalanan terlihat dia masih merasa bersalah dan panik, yang akhirnya semua orang tau kalau kami jatuh di jalan. Gosip bahwa suatu saat kami aja jadian pun semakin menyebar.

Saat malam hari tiba, acara pun sudah selesai dan dilanjut esok hari. Aku dan dia tetap terjaga di halaman vila. Anehnya kali ini kami tidak berkelahi, tiba-tiba dia menjadi sosok pria yang sering aku lihat di drama-drama yang aku tonton. Seperti bumi pun ikut mendukung, bintang-bintang terlihat sangat indah dan aku mengetahui satu hal yaitu dia suka melihat bintang.

Esok hari pun tiba, acara kembali berlanjut sesuai rancangan acara dan berjalan lancer. Masing-masing dari setiap perserta dan panitia pulang satu per satu. Begitu pula kami, dia mengantarku hingga ke kosan.

Senin pun tiba, tanda aku harus kembali kuliah. Aku berangkat ke kampus seperti biasa, bertemu dengannya lagi seperti biasa. Daaaan seperti biasa kami bertengkar lagi, serasa malam kemarin cuma mimpi dan terus berlanjut seperti itu di hari-hari berikutnya. Meskipun kami sering berkelahi jujur saja dia yang selalu ada dan selalu menemani aku ketika aku bosan dan ingin pergi keluar.

Hari sabtu  15 November 2013, aku bosan dan mengajaknya keluar untuk main dia pun menyetujuinya dan langsung menjemputku di waktu yang kami janjikan. Pertama kami pergi ke sebuah mall di Cimahi, karena aku penasaran dan ingin mencoba pergi ke sana. Walaupun hanya bermodal penasaran dia menuruti perintahku dan akhirnya kami pergi ke mall tersebut.

Sesampai di mall, aku benar-benar hanya memuaskan rasa penasaranku tanpa membeli barang yang berada di sana. Bersyukur dia tidak kesal dan memarahiku. Karena sudah memasuki waktu makan siang, akhirnya kami makan di foodcourt mall itu. Semua seperti biasa, kami mengobrol bercanda dan tetap dia kadang sedikit membuatku kesal dengan candaannya dan aku pun membalikan membuatnya kesal. Sampai suatu saat tiba-tiba suasana menjadi hening.
“Aku suka kamu” ujarnya sembari menatap mataku dan cukup membuatku terkejut.
“Eh?! Kamu lagi bercanda?”
“Ngga, aku serius. Aku nyaman sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku?”
Aku pun hanya terdiam, karena masih terkejut sampai bingung harus menjawab apa.
“Yaudah aku tunggu jawabannya sampai malam ini” ujarnya tersenyum.

Aku kira setelahnya akan menjadi canggung karena ungkapan dia yang begitu tiba-tiba, tapi dia tetap bisa membuatku nyaman berada di dekatnya.

Setelah makan, dia langsung mengantarkan aku pulang. Menurunkanku tepat di depan gerbang kosanku. Setelah aku membuka helm dan mengucapkan terimakasih, tiba-tiba tangannya mengangkat dan mengusap kepalaku pelan sembari berkata “Jangan terlalu dipikirin, aku bakal terima semua jawaban kamu” dengan tersenyum lalu melambaikan tangan dan pergi.

Malam pun tiba, aku benar-benar bingung harus jawab apa. Dia memang bisa membuatku nyaman dan sepertinya aku juga menyukainya, pilihanku memang berat ke ‘menerima’ karena jujur aku senang saat dia mengungkapkan perasaannya. Tapi aku tidak ingin langsung menjawabnya, nanti saja sampai tengah malam. Aku ingin membuat dia sedikit galau menunggu jawabanku hehe.

Pukul 23.59 pun tiba, aku sudah menuliskan jawbanku yang tinggal aku kirim. Sembari menutup mata aku menekan tombol Kirim. Dan dalam hitungan detik dari pesan itu di kirim, langsung ada balasan darinya.
“Ternyata dia belum tidur. Aku sukses buat dia galau berarti. Haha” ujarku dalam hati.

Akhirnya kami saling mengirim pesan hingga dini hari, sampai dia memaksaku untuk tidur karena sudah terlalu larut katanya. Pukul 3 dini hari, aku pun menurutinya dan segera bersiap untuk tidur. Namun tetap saja mata ini sulit terpejam, karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
“Jadi sekarang kita pacaran” ujarku dalam hati sembari tersenyum kecil. Sambil tetap memegang handphone akhirnya aku tertidur.

Esok hari pun tiba, aku dan Farrel berangkat bersama ke kampus. Karena memang selalu bersama tidak ada anak kelas yang curiga. Hanya saja tiba-tiba aku dan dia menjadi akur dan munculah pertanyaan-pertanyaan dari anak kelas hingga luar kelas. Tidak lama dari waktu kami jadian, gosip langsung menyebar. Aku tidak terlalu peduli sih, dan justru bagiku itu lumayan menguntungkan. Kalau banyak yang tahu berarti ngga akan ada cewek lain yang rebut dia, tanpa perlu koar-koar ‘He is mine’ haha.

Hari-hari pun berlalu, aku dan dia semakin dekat. Aku benar-benar bergantung padanya sampai kadang aku merasa takut kalau suatu saat dia pergi karena hamper tidak pernah aku melewatkan satu hariku tanpa bersamanya. Aku hanya bisa berharap semoga dia itu jodohku.

Satu hari kami pergi ke suatu tempat yang katanya kalau ada sepasang kekasih pergi ke tempat itu mereka akan putus. Karena aku dan dia sama-sama tidak percaya dengan hal seperti itu kami memberanikan untuk tetap pergi ke tempat itu. Selama di sana kami menghabiskan waktu bersama dan tidak ada hal yang terjadi. Sampai tiba waktunya pulang semua masih berjalan seperti biasa.
“Benarkan itu hanya mitos” ujarku.
“Yaps” balasnya sembari mengusap rambutku pelan.

Langit pun mulai gelap, sebelum pulang kami makan dulu di sebuah tempat makan di jalan yang kami lewati. Ntah kenapa aku benar-benar merasakan rasa takut kehilangan dia yang akhirnya memunculkan sifat manjaku di depannya. Dia tidak protes dan melayani sifat manjaku, dan justru itu malah semakin membuatku takut kalau suatu saat kami harus berpisah.
“Aku janji ngga akan ninggalin kamu.” ujarnya dengan lembut, seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan.

Beberapa hari pun berlalu, tiba-tiba aku tidak menerima kabar darinya. Ini bukan hal yang biasa, kalau sibuk biasanya dia akan tetap memberi kabar. Datang ke kampus pun dia tidak ada, karena khawatir akhirnya aku memutuskan untuk datang ke kosannya. Sesampai di kosannya, ternyata dia sedang tertidur.
“Dia bergadang main game” ujar salah satu temannya. Aku ingin memarahinya tapi memilih untuk membiarkannya tidur dan menyuruh temannya untuk memberitahunya agar datang ke kosanku ketika dia sudah bangun.

Besok sore dia baru menghubungiku sembari meminta maaf dan mengajakku untuk keluar. Aku tidak kesal, karena aku percaya dia akan menepati janjinya hanya saja menghilangnya dia cukup membuat aku ragu.

Kami pun sampai di lokasi.
“Maaf Ra, kayaknya kita putus aja” ujarnya.
“Kamu kenapa? Lagi ada masalah? Ayo cerita, aku siap dengerin kok.” ujarku dengan air mata yang mulai menetes.
“Maaf banget Ra, aku tahu kamu kecewa tapi aku harap kamu bisa dapet yang lebih baik dari aku.”
Aku hanya terdiam sembari berusaha menahan air mata yang terus keluar.
“Maaf karena aku tidak bisa menepati janjiku. Kalau kita memang jodoh takdir pasti mempersatukan kita lagi.” ujarnya.

Suasana mulai berubah, menjadi hening dan akhirnya membuatku memaksa untuk minta pulang. Terlihat dia merasa bersalah, ntah apa yang ada dipikirannya, ntah masalah apa yang sedang dihadapinya sampai harus memutuskan hubunganku dengannya yang jelas hal itu benar-benar membuat luka yang cukup dalam. Diputuskan tiba-tiba tanpa tahu penyebabnya.

Esok harinya aku tidak pergi ke kampus bersamanya, dia pun tidak masuk kelas. Banyak yang menanyakan tentangnya kepadaku dan dengan singkat aku menggelangkan kepala. Sampai akhirnya mereka mengerti kalau hubungan kami sudah berakhir.

Beberapa hari berlalu, aku benar-benar merasa kehilangan sosoknya. Salahku memang yang terlalu bergantung padanya, tapi nasi susah menjadi bubur aku harus bisa melewatinnya walaupun tanpa Farrel.
“Sampai segitunya kah menjauh dariku?” ketusku karena Farrel benar-benar seolah menghilang. Dihubungi via handphone pun tidak direspon. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menemuinya lagi dengan menyusul ke kosannya.
Sesampai di kosannya, aku bertemu dia dan langsung menariknya keluar.
“Kamu tu kenapa? Kalau keberatan gara-gara di kelas ada aku, yaudah aku bisa kok pura-pura ngga kenal, pura-pura ngga liat kamu, pura-pura ngga pernah ada kenangan antara kamu dan aku.” Ujarku kesal.
“Bukan itu.”
“Terus kenapa?!”
“Sebentar aku bawa kunci motorku.”

Dengan motornya dia membawaku pergi, seolah dia tidak ingin ada orang lain yang mendengar. Namun sesampai di lokasi dia tidak benar-benar menceritakan masalahnya, dan tidak pula memberi alasan kenapa memutuskan hubungannya denganku. Kami hanya menghabiskan waktu bersama sebagai teman.

Esoknya dia datang ke kampus, karena aku mengancam akan meneror dia kalau dia tetap bolos. Harusnya aku memang sudah tidak peduli dengannya, tapi bagaimana pun dia orang yang pernah aku sayang atau mungkin sampai sekarang perasaanku padanya tetap sama.

Hari dan bulan terus berlalu. Seharusnya memang aku tidak keberatan dengan apa pun yang dia lakukan tapi semenjak putus ntah kenapa aku merasa dia semakin jauh. Seolah dia selalu menghindar dariku. Rasanya sakit, mungkin karena aku masih menyukainya. Rasanya dijauhi oleh orang yang kita suka itu ternyata seperti ini. Pertanyaannya kenapa harus menjauh? Toh kalau tetap biasa pun aku bakal tahu diri. Ketika aku melihatnya bercanda dengan wanita lain, aku cemburu. Bukan cemburu karena dia wanita, tapi aku cemburu karena sudah tidak sedekat itu dengannya. Ketika melihat itu, kadang aku ingin menangis. Mungkin aku memang benar-benar belum bisa merelakannya pergi. Jika menjadi sepasang kekasih itu hanya memberikan kebahagiaan yang sangat sesaat, aku menyesal tidak menolaknya saja waktu itu.

Tahun pun berlalu, aku mencoba mengembalikan suasana kedekatanku dengannya. Dan mencoba membuka hati untuk pria lain. Walapun butuh waktu yang cukup lama, akhirnya aku berhasil dekat dengannya lagi dan aku berhasil menyukai pria lain selain dia.

Suatu malam dia mengajakku keluar. Dia akhirnya memberitahu ku semua alasan kenapa dia mengajakku putus waktu itu. “Aku tidak ingin pacaran dulu” katanya, alasan lain karena orang tuanya yang tidak mengijinkan. Dalam hati aku berkata “Kenapa dulu kamu nembak?”, ingin kuucapkan itu namun tidak kuucapkan karena waktu dia mengucapkan itu aku benar-benar sudah mengikhlaskannya. Statusku pun sedang menjadi milik orang lain waktu  itu. Dan kejutan lain, dia mengaku kalau dia menyukai temanku. Sesuai keinginannya kalau dia ngga mau pacaran, mereka memang tidak jadian. Tapi jujur saja semenjak tahu itu aku jadi agak cemburu ketika mereka dekat. Yaa, normalah yaa dia pernah jadi orang yang bisa ngebuat aku susah move on. Tapi tetap hanya sebatas cemburu, tidak aku katakana karena seperti yang kubilang bahwa aku sudah mengikhlaskannya.

Hubunganku dengan Farrel pun kembali seperti semula, kembali seperti saat aku belum menjadi kekasihnya. Ntah harus senang, sedih atau kesal karena kedekatanku dengannya justru membuat rasa ini tumbuh lagi. Aku sadar aku sudah menjadi milik pria lain, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa hatiku masih menginginkannya. Untuk menghindari perasaan itu, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarku berharap aku benar-benar bisa mencintai dia tanpa ada sedikit pun rasa untuk Farrel.

Sampai di suatu waktu, tiba-tiba Farrel menghilang lagi. Yaps, absen beruntut dari kelas. Aku tahu dia bukan tipe yang akan menceritakan masalah pribadinya ke siapa pun, dan yang aku pikirkan mungkin dia hanya memendamnya.

BBRRTTT BBRRTTT (suara getar handphone)
Tiba-tiba saja Farrel mengirimku pesan dan mengajakku keluar, mungkin dia butuh tempat untuk cerita pikirku.

Sesampai di sebuah tempat makan, dia menceritakan masalahnya dan dia bilang kalau dia bingung harus cerita ke siapa lagi. Dia memang terlihat aktif dan punya banyak teman, tapi dia tetap memiliki sisi introvert. Aku mencoba memberikan saran dan solusi padanya. Dan mulai dari kejadian hari ini, hari-hari berikutnya aku semakin dekat dengan dia.

Aku benar-benar tidak bisa berbohong pada hatiku, perasaanku pada Farrel benar-benar tumbuh lagi. Dan perasaankupada Gian yang sekarang menjadi pacarku lama-lama semakin memudar. Aku tidak mau jadi antagonis untuk Gian, tapi rasa aku kepadanya benar-benar semakin memudar. Gian tau kalau Farrel adalah mantanku, Gian tau aku sempat sulit melupakan Farrel, dan jika aku pergi bersama Farrel aku selalu minta ijin ke Gian tapi dia selalu mengijinkanku.
“Ini salahmu juga loh Gian” ujarku dalam hati alasan melindungi diri.

Seolah Gian tau kalau rasaku padanya semakin memudar dan rasaku pada Farrel tumbuh kembali, Gian akhirnya memutuskanku. Harusnya aku sedih di sini, tapi kali ini aku senang karena diputuskan. Namun, aku tetap meminta maaf padanya. Aku yakin dia minta putus karena dia ‘tau’ bukan karena dia benar-benar ingin putus. Aku tau karakternya, dia pria yang baik jadi mungkin putus jadi cewek yang ngga setia kayak aku memang hal yang terbaik buat dia.

Setelah putus, hubunganku dan Farrel semakin dekat. Sesuai dengan ucapannya yang tidak ingin pacaran dia memang tidak menembakku lagi namun hubungan kami seperti sepasang kekasih. Orang lain menyebutnya HTS (hubungan tanpa status). Mungkin terkadang tanpa status itu lebih baik, karena aku belum pernah dengar istilah mantan HTS.

Tahun ini adalah tahun keempat, tahun dimana sebentar lagi aku akan meninggalkan kampus ini. Kampus dimana takdir mempertemukan aku dengan dia. Mungkin Farrel mendekatiku lagi karena semakin dekat waktu untuk ‘halal’, hehe. Dia membuat janji lagi akan menikahiku, dan seperti sebelumnya aku percaya padanya. Karena kali ini kurasa dia benar-benar serius, bahkan dia berani datang ke rumahku dan mengobrol dengan orang tua ku.

Aku benar-benar tidak menyangka akan kembali bersamanya lagi, mungkin ini takdir. Takdirku memang bersamanya, belum bisa dibilang seperti itu sih sampai dia benar-benar halal untukku. Yang jelas aku senang dia kembali, aku senang takdir membawa kembali padaku. Semoga kami tidak akan berpisah lagi, semoga takdir terus membawa kami bersama hingga hubungan kami halal. :)

Menunggu itu tidak sepenuhnya salah, memang faktanya aku sempat berpaling. Aku tidak sabaran untuk menunggu sembari berharap, karena aku takut memang sudah benar-benar tidak ada aku di hatinya. Aku penasaran apa dia sempat putus asa ketika aku berpacaran dengan yang lain? Harusnya aku bisa sepertinya, bertahan sembari menunggu. Tapi aku tidak pernah terfikir akan kembali padanya, jadi aku berusaha untuk move on.

Ketika kamu sudah ditakdirkan untuk seseorang, sejauh apa pun kamu berpaling kamu akan kembali padanya, sejauh apa pun dia berpaling dia akan kembali kepadamu. Jadi apa yang kalian pilih? Menunggu sembari berharap? Atau berpaling sembari menunggu? Haha. Tapi ingat ketika kalian berpaling hanya untuk melampiaskan alias sembari berharap seseorang kembali, ada hati orang lain yang kalian sakiti dan mungkin hati itu lebih tulus menyayangi kalian. Intinya percaya aja, kalau jodoh ngga akan kemana. Ngga perlu ada status sekarang yang penting jadi di pelaminan. Haha.
Dekati penciptanya dan kamu akan dapat ciptaan-Nya. :)
.
.
.
Tamat

Note:
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan cerita, lokasi, nama, dan lain-lain mungkin itu sudah takdir. :v
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Us

  • deviantart
  • instagram
  • twitter
  • wattpad

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • November 2017 (1)
  • June 2017 (1)
  • May 2017 (1)
  • November 2016 (1)
  • September 2016 (1)
  • August 2016 (3)
  • June 2015 (1)
  • November 2014 (1)
  • August 2014 (4)
  • May 2013 (3)
  • March 2013 (2)
  • January 2013 (1)
  • November 2012 (2)
  • September 2012 (1)
  • August 2012 (4)
  • November 2011 (1)

Pengunjung

I am in Google+

Unknown
View my complete profile

Followers

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates