Anything For You
“Dia lagi kesulitan nyari bahan praktek tuh.” ujar Andre.
“Kamu mau ngebantu dia lagi?” tanya Ryan.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Ryan, Ricky langsung pergi
dan mencoba mencarikan bahan praktek untuk Cindy.
Keesokkan harinya, saat Cindy masuk kelas, dia terkejut
di mejanya ada sebuah kotak berisi ikan yang sudah mati. “Punya siapa ini?” tanyanya terkejut.
“Ntahlah, saat aku masuk itu sudah ada disana.” jawab
salah satu teman sekelasnya.
“Udahlah, Cin. Kayak yang baru pertama dapet kayak ginian
aja. Mungkin sekarang tujuan orang itu pengen ngebantu kamu nyari bahan buat
praktek.” ujar Vira.
Cindy pun duduk dibangkunya sembari memikirkan perkataan
Vira. “Sebenarnya siapa yang udah ngebantu aku selama ini?” ujarnya dalam hati.
Di kelas XI IPA 4, lebih tepatnya kelas tempat Ricky dan
kedua temannya tinggal untuk mencari ilmu. Terlihat Ricky sedang diintrogasi
oleh kedua temannya.
“Ric, kenapa sih kamu ngga nembak di Cindy aja?” tanya
Ryan.
“Iya Ric, emang tujuan kamu ngasih apa aja yang Cindy
butuhin itu apa?” tanya Andre.
“Kalian tahu sendirikan, hidupku ngga akan lama lagi jadi
aku ngga mau macarin dia. Ngeliat dia tersenyum aja aku udah cukup seneng kok.”
ujar Ricky sembari meninggalkan teman-temannya. Mendengar jawaban Ricky, Andre
dan Ryan hanya bisa terdiam dan saling memandang, lalu mengikuti kemana Ricky
pergi seperti biasanya.
Keesokkan harinya, saat bel tanda pelajaran dimulai
berbunyi semua siswa dan siswi langsung berjalan menuju kelas. Begitupun Cindy,
tetapi karena lokasinya masih jauh dengan kelas terpaksa ia harus berlari. Saat
akan belok di persimpangan koridor, dia menabrak seorang siswa.
“Ma..maaf.” ujar Cindy agak takut.
“Cindy?” ujar siswa itu yang tidak lain adalah Ricky.
“Kamu kenal aku?” tanya Cindy heran.
“Ngga penting, sekarang masuk kelas sana. Pelajaran
pertama pelajaran yang paling kamu suka kan?” ujar Ricky dengan ekspresi datar
lalu berjalan pergi.
“Pelajaran pertama? Matematika. Kenapa dia bisa tahu?”
ujarnya dalam hati sembari berjalan menuju kelasnya.
Seteah masuk ke kelas, tiba-tiba mata Cindy terasa
sekali. Cindy pun langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri. Beberapa temannya
segera membawa Cindy ke UKS, lalu memanggil ambulan untuk membawanya ke rumah
sakit.
Keesokkan harinya, Ricky mencoba melihat keadaan Cindy
dengan pura-pura melewati kelas Cindy. Ternyata Cindy tidak masuk sekolah,
Ricky pun menanyakan pada salah satu temannya Cindy tentang keadaan Cindy.
Setelah mengetahui keberadaan Cindy, Ricky pun langsung
bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya, tapi penyakit jantung Ricky
kambuh. Ricky mencoba menahan rasa sakitnya dan terus berlari ke parkiran
sembari menekan dadanya agar bisa menjenguk Cindy ke rumah sakit. Tapi rasa
sakit itu semakin menjadi-jadi.
Akhirnya Ricky pun berhasil ke rumah sakit, tapi tidak
dengan kakinya sendiri melainkan dengan ambulan.
Beberapa jam kemudian, Ricky pun sadar dari pingsannya
dan langsung menyebut nama Cindy. Ricky pun mencoba beranjak dari kasurnya.
“Mau kemana?” tanya dokter yang kebetulan sedang berada
disisinya.
“Melihat seseorang.” ujarnya sembari berusaha berdiri.
“40 menit lagi kamu akan melakukan operasi.”
“Operasi? Seberapa persen kemungkinan aku selamat?”
“Kemungkinannya memang kecil, tapi kami akan
mengusahakannya.”
“Jika aku tidak selamat, tolong sumbangkan mataku pada
pesien yang bernama Cindy. Umurnya sebaya denganku.”
“Baiklah, tapi kami pasti akan menyelamatkanmu.”
“Sekarang, aku mohon izinkan aku untuk melihat keadaan
Cindy.”
“Baiklah, tapi kurang dari 30 menit kamu harus sudah ada
disini.”
Ricky hanya terdiam, dokter itu pun membanti Ricky untuk
duduk di kursi roda. Setelah itu, Ricky langsung bergegas ke kamar Cindy.
Setelah menemukan kamar Cindy, Ricky langsung masuk
kedalam.
“Kamu akan selamat, Cindy.” ujar Ricky sembari memegang
tangan Cindy.
20 menit pun berlalu. Ricky masih terdiam disamping
ranjang Cindy. Setelah beberapa menit, akhirnya Ricky pun meninggalkan Cindy.
Saat ia sudah berada diambang pintu, Cindy sadar dan menyebut nama Ricky
walaupun sekarang Cindy tidak bisa melihat.
Ternyata Cindy juga memiliki rasa pada Ricky, hingga yang
ia sebut saat sadar adalah namanya.
“Dia tahu namaku?” ujar Ricky dalam hati dan langsung
menghampiri Cindy lalu memegang tangan Cindy.
“Ricky?” tanya Cindy sembari memegang tangan erat tangan
Ricky.
Ricky tidak menjawab dan langsung memencet bel yang ada
disamping ranjang Cindy dengan tangan yang satunya agar ada suster atau dokter
yang ke kemar Cindy.
Waktu Ricky hanya 3 menit lagi, dia pun melepaskan
tangannya dan meninggalkan Cindy. Cindy terus memanggil namanya tapi dia
berusaha untuk menghiraukannya. Tetapi, saat ditengah koridor rumah sakit
jantung Ricky terasa sakit lagi. Dia merasa kalau dia tidak akan sanggup lagi
menggerakan kursi rodanya, tubuhnya mulai melemas.
“Akhirnya aku bisa memberikan apa yang sangat dia
butuhkan. Tolong jaga mataku nanti ya Cindy.” ujarnya dengan nada berbisik dan
perlahan menutup matanya.

0 comments